TERJERUMUS KE DUNIA PENDIDIKAN…

Gambar diambil dari Google

Sebelum saya bercuap-cuap, saya mau ucapin “SELAMAT HARI GURU NASIONAL”. Karena tanpa GURU, saya nggak bakalan jadi seperti ini. Guru bener-bener pahlawan tanpa tanda jasa, (eh ada jasa ding, sekarang kan zamannya sertifikasi, oups just kidding).

Okelah, saya mau langsung cuap-cuap saja. Gimana sich, ceritanya bisa terjerumus ke dunia pendidikan yang sebenernya nggak saya inginkan banget-banget (wuih, banget-banget? Yups, soalnya waktu kecil pengen jadi guru, setelah besar justeru pengen jadi seniman atau akuntan/sekertaris, dan sekarang pengen jadi blogger… wooooo).

Sebenernya, saya sich bukan guru, tapi TU. Wuish jelas, tetap berhubungan sama dunia pendidikan. Apalagi sekarang tambah tugas jadi operator. Saya kuliah juga bukan keguruan, Tehnik Informatika booo, S.Kom meskipun ada yang bilang S.Kom bodoh. Whuaaaa…

Soal bisa terjerumus bisa kerja di dunia pendidikan, mungkin emang rejeki di sini. Kala itu kebetulan ada lowongan dan daftar, beberapa bulan lalu dipanggil. Padahal, kalau boleh jujur, saya enggak mau jadi guru. Meskipun guru itu profesi mulia, pahlawan tanpa tanda jasa dan mencerdaskan anak bangsa, tapi jadi guru itu berat (menurut saya). Saya enggak mau jadi guru sembarang guru, kalau pun jadi guru, saya harus bener-bener bisa jadi panutan, seperti peribahasa GURU = digugu dan ditiru. Jadi setiap polah tingkah guru harus benar-benar mencerminkan seorang guru yang bisa menjadi tauladan bagi anak-anak bangsa. Sementara saya ngaca sama diri sendiri? Saya enggak pantas. Saya nggak sanggup terikat. Iya, jadi guru itu terikat. Terikat pada sikap yang bener-bener harus memberikan tauladan bagi anak-anak bangsa. Sementara saya adalah sosok yang mencintai kebebasan.

Definisi Guru dimata saya…
Bagi saya, seorang guru itu adalah sosok teladan yang akan ditiru oleh anak didiknya. Guru tidak hanya mampu mengajarkan mata pelajaran terhadap anak didik, tapi guru harus mempunya sikap yang baik juga agar anak didiknya bisa meniru. Seperti contoh, guru harus berkata lemah lembut, masa iya seorang guru berbicaranya asal nyablak, yaaa jangan salahkan anak didiknya kalau anak didiknya bicara asal nyablak, wong gurunya juga. Guru harus berpakaian sopan, nggak mungkin juga kan seorang guru berpakaian ala artis, rambut diwarnai dan bla bla, bakalan ditiru anak didiknya dong.
Dan itu hanya sebagian definisi saya tentang seorang guru. Guru yang ditiru dan guru yang menjadi panutan. Selain itu, guru juga harus mempunyai kepribadian yang baik. Masa sich, seorang guru mencuri? Seorang guru suka sama anak didiknya? Seorang guru suka ngegosip? Padahal tugas guru tidak hanya mencerdaskan anak bangsa saja, tapi juga memperbaiki akhlak anak bangsa, kalau akhlak gurunya saja masih dipertanyakan, bagaimana dengan akhlak anak didiknya?

Dan dari penjelasan itu, saya bener-bener nggak mau jadi guru (tahun 2008) meskipun orang tua menginginkannya. Waktu itu saya mah pengennya jadi sekertaris atau seniman saja, heheh. Jadi accounting juga boleh, kan SMAnya jurusan IPS.
Alasan saya kenapa saya enggak mau jadi guru, merasa nggak pantas, yaaa karena saya menyukai kebebasan. Saya yang 2008 belum berhijab, demen dengan yang namanya fashion kekinian. Ngomong juga asal nyablak. Pokoknya, kepribadian saya mah jauh banget dari guru ala saya.

Dan setelah masuk dunia pendidikan,,,
Mungkin seiring berjalannya waktu, saya terjun ke dalam dunia pendidikan, banyak yang berubah dari saya. Termasuk cara berpakaian yang kini berhijab. Ngomong juga sudah beda meskipun nyablaknya belum hilang. Mau buat status di Facebook juga mikir, mau ngomong juga ditata sebelum keceplosan. Pokoknya, sudah terbiasa dengan keterikatan meskipun kadang kangen dengan diri sendiri di masa lalu. Kangen dengan gaya ceplas-ceplos, kangen dengan fashion kekinian dan pengen marah-marah sesuka hati pada orang yang nyatkitin, Tapi STOP, meski TU, kamu tetap dipandang sebagai guru di masyarakat dan di hadapan anak didik.

Misal jadi guru, mau jadi guru matpel apa?
Pertanyaan ini sedikit menggelitik. Tapi langsung saya jawab, saya pengen jadi guru sastra atau guru TIK,,, wkakaka. Alasannya, saya ini penikmat sastra, hobi nulis dan pengen jadi penulis. Kalau soal TIK, saya kuliah di jurusan Tehnik Informatika, suka ngeblog juga suka otak-atik blog meskipun masih amatiran. Jadi, pengen jadi guru sastra dan TIK itu pengen nyalurin hobi juga ke anak-anak. Kalau dunia sastra sekarang bertautan erat dengan dunia internet. Mengabadikan karya tak melulu menjadi buku, tapi juga bisa melalu blog. Jadiii, pengen banget ngajak anak-anak menuli, lalu memposting tulisannya lewat blog gitu. Kan, cocok!

Nah, inilah ceritaku tentang terjerumusnya seorang Witri ke dunia pendidikan. Padahal Witri itu pengen jadi penulis, tapi kuliahnya Tehnik Informatika dan malah dapat kerjanya di dunia pendidikan. Perbedaan yang nikmat, yaaa?***

Witri Prasetyo AjiDiaryWITTALKTERJERUMUS KE DUNIA PENDIDIKAN... Sebelum saya bercuap-cuap, saya mau ucapin 'SELAMAT HARI GURU NASIONAL'. Karena tanpa GURU, saya nggak bakalan jadi seperti ini. Guru bener-bener pahlawan tanpa tanda jasa, (eh ada jasa ding, sekarang kan zamannya sertifikasi, oups just kidding). Okelah, saya mau langsung cuap-cuap saja. Gimana sich, ceritanya bisa terjerumus...

Comments

comments