Pernikahan Yang Tak Terpikirkan

“Kamu mau ketemu sama Papa?” Tanyaku pada Her dengan sedikit ragu.
Lelaki itu hanya tersenyum dan mengangguk.

Kini, giliranku yang meragu. Aku takut sama Papa. Secara aku tahu, Papa termasuk sosok yang perfekcionis dan tidak suka dengan lelaki yang sedikit berantakan. Sementara kulirik Her, dia sedikit berantakan dengan celana jeansnya dan kaos oblongnya. Her sungguh terlihat jauh dari kata perfeksionis.

Aku menggigit ujung bibirku. “Kenapa?” Tanyanya dan membuatku salah tingkah. Sejenak aku menatapnya dalam, aku yakin ada sesuatu yang berbeda darinya. Nyatanya dia malah pengen kenal dan ketemu sama Papa. Aku tahu, Her adalah lelaki gentelment.

“Bentar, yaaa?” Ucapku pada Her lalu masuk ke dalam rumah dan memanggil Papa. Tak berapa lama kemudian, aku sudah keluar bersama Papa. Papa dan Her saling pandang. Untuk beberapa detik, suasana terlihat mencekam. Sepertinya, perang dunia ketiga akan segera meledak.

“Loh, Om?” Sapa Her yang langsung menyalani Papa dan menyium punggung tangannya.

“Kamu?” Tanya Papa yang tak kalah kagetnya.

“Iya, Om. Saya temannya Maya,” Her menjalaskan.

“Temenan? Sejak kapan? Kok, Om baru tahu?”

“Yaaa, sejak dulu, Om.”

Papa dan Her terlihat akrab. Kini giliranku yang kaget dan bertanya-tanya. Papa dan Her sudah kenal?

[youtube https://www.youtube.com/watch?v=7HruUGzy4jI&w=560&h=315]

Setelah kutanyakan pada Mama, teryata Papanya Her adalah teman masa kecil Papa. Pantas jika Papa sudah mengenal Her, apalagi selama ini Papa dan papanya Her sering terlibat bisnis bersama dan Her juga sering membantu bisnis papanya.

“Tapi Her jauh dari kata perfeksionis, Ma?” Ungkapku ke Mama pada suatu hari.

Mama malah tertawa dan membuatku kembali bertanya-tanya. “Siapa bilang? Her itu lelaki yang cerdas, bertanggung jawab dan gentelment,” jawab Mama dengan santainya.

Dan beberapa bulan aku dan Her saling dekat. Hingga akhirnya keluarga besar Her datang untuk melamarku. Iyaaa, kami hanya dekat dan enggak pernah pacaran. Her juga enggak pernah mengucapkan kata cinta ataupun sayang padaku. Her juga tidak pernah berlaku kurang ajar terhadapku, bahkan memegangkupun dia sungkan. Dan akhirnya, tak ada alasan untukku menolak lamaran Her. Ditambah pula usiaku yang memang sudah semestinya menikah.

Akhirnya, tanggal pernikahanpun sudah ditetapkan. Dan hari ini, Her akan mengucap ijab qabul. Itu artinya, aku akan segera berganti status dari lajang menjadi isteri orang.

Detik-detik menjelang ijab qabul, ada sesuatu yang berbeda. Antara suka dan duka, bagaikan ada beban yang bergelanyut.

“Saya terima nikahnya Maya….” Ucapan Her terheti saat seorng wanita mengucap kata “BERHENTI!” dari balik pintu. Sontak, semuapun menoleh ke arahnya.

“Pernikahan ini tidak boleh terjadi! Her adalah suami saya dan saat ini saya sedang mengandung anaknya Her,” jelas wanita itu yang membuat wajahku angsung memerah dan akupun tak mampu membendung air mataku. Dengan kucuran air mata yang begitu deras, aku langsung melarikan diri ke dalam kamar.

[youtube https://www.youtube.com/watch?v=MV_euZ_lKH8&w=560&h=315]

2 tahun berlalu…

Aku masih sendiri. Masih ada sisa trauma dalam benakku. Beberapa lelaki datang melamarku, namun nyatanya hati belum mampu melupakan sosok Her.

Dan lelaki itu, aku tak tahu dia menghilang ke mana. Hingga pada suatu malam saat hujan turun dengan derasnya, dia datang bersama wanita itu.

“Kamu?” Tanyaku kaget.

Papa yang tahu kedatangannya sama sekali tak marah. Papa hanya mengangguk yang mengisyaratkan agar aku memberinya kesempatan untuk menjelaskan semuanya.

Di ruang tamu dengan alunan derasnya air hujan, aku, Papa, Mama, Her dan wanita itu saling berbicara. Yaaa, wanita yang menggalakan pernikahanku itu meminta maaf padaku. Bersimpuh dan menangis. Menjelaskan semuanya. Dia bukan isterinya Her. Dia hanya sosok wanita yang mencintai Her dan mengejar cintanya Her naun selalu diacuhkan oleh Her. Wanita itu begitu cemvuru dan iri padaku, sosok yang selama ini memang dinginkan dan diidamkan oleh Her.

Aku lega. Tapi untuk menerima Her kembali? Aku butuh waktu.

Dan dua tahun kembali berlalu. Usia semakin menua, dan aku tak mungkin selamanya melajang. Dalam pesta yang begitu sederhana, akhirnya aku kembali menerima pinangan Her. Iyaaa, acara memang tertutup dan hanya sanak saudara yang menghadiri pesta pernikahan kami, tapi jujur aku sangat bahagia. Akhirnya aku menikah dan resmi menjadi Nyonya Her.

Pernikahan yang sungguh di luar dugaan. Pesta mewah yang pernah aku impiakan hanya sebatas angan. Dan jodohku, datang dengan caranya sendiri. Unik dan berkesan.***

THE END…

“Tulisan ini diikutkan dalam Giveaway Kisah Cintaย Bunda 3F – #LoveStory”

Witri Prasetyo AjiCerpenCompetitiongiveawayPernikahan Yang Tak Terpikirkan 'Kamu mau ketemu sama Papa?' Tanyaku pada Her dengan sedikit ragu. Lelaki itu hanya tersenyum dan mengangguk. Kini, giliranku yang meragu. Aku takut sama Papa. Secara aku tahu, Papa termasuk sosok yang perfekcionis dan tidak suka dengan lelaki yang sedikit berantakan. Sementara kulirik Her, dia sedikit berantakan dengan...

Comments

comments