SEBUAH KENANGAN DI LANGGAR KECIL SAAT BULAN RAMADAN

 

SEBUAH KENANGAN DI LANGGAR KECIL SAAT BULAN RAMADAN. Sewaktu saya masih kelas 3 SD, tempat kampung saya belum mempunyai langgar/masjid, makanya jika mau taraweh dan subuhan harus ke desa sebelah. Dan namanya juga anak kecil, tidak berani berangkat sendiri. Saya ingat betul, setengah 7 malam dan sehabis sahur saya selalu menunggu teman di pinggir jalan atau kalau tidak, berpesan sama teman yang usianya di atas saya agar saya diajak bareng ke langgar.

Tapi saat saya kelas 4 SD, kampung saya sudah membangun langgar. Bukan hanya bulan Ramadan, setiap sore langgar itu selalu rame anak-anak, termasuk saya. Dan jika bulan Ramadan datang, jamaahnyapun membludak, tapi sayangnya ketika akhir Ramadan, jamaah semakin berkurang.

Kenangan tadarus bersama tatkala sehabis taraweh, kenangan sholat subuh berjamaah dan diteruskan jalan pagi bersama serta dihiasi suara petasan adalah kenangan yang tak lagi saya jumpai saat ini.

Entah awal bahkan sampai akhir Ramadan, langgar tetap saja sama. Tak seramai dulu. Bahkan tak ada anak-anak yang mau tadarus. Mereka lebih suka bermain gadget dan ngobrol melalui aplikasi chatting daripada ngumpul dan tadarus bersama.

Miris, tapi begitulah keadaan langgar di kampungku.

“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis : 1001 Kisah Masjid”

Jumlah kata : 189 kata

Witri Prasetyo AjiCerpenCompetitionSEBUAH KENANGAN DI LANGGAR KECIL SAAT BULAN RAMADAN   SEBUAH KENANGAN DI LANGGAR KECIL SAAT BULAN RAMADAN. Sewaktu saya masih kelas 3 SD, tempat kampung saya belum mempunyai langgar/masjid, makanya jika mau taraweh dan subuhan harus ke desa sebelah. Dan namanya juga anak kecil, tidak berani berangkat sendiri. Saya ingat betul,...

Comments

comments