CURHAT DI MEDSOS, HARUS BISA TERIMA KONSEKUENSI
CURHAT DI MEDSOS, HARUS BISA TERIMA KONSEKUENSI
CURHAT DI MEDSOS, HARUS BISA TERIMA KONSEKUENSI. Beberapa hari lalu saya sempat memposting sebuah tulisan curhatan yang berjudul saya pernah minta cerai. Yups, dari tulisan itu pengunjung blog meningkat, etapi banyak juga kritik dan saran buat saya yang akhirnya saya memutuskan untuk memprivate postingan itu dan belum saya hapus sampai saat ini.
Sebenarnya, bukan tanpa alasan sih ketika saya akhirnya memposting tulisan yang sifatnya pribadi. Cari sensasikah? Malah tidak terpikirkan sama sekali. Cari masalah, enggak juga. Lantas, saya hanya ingin mengeluarkan uneg-uneg.
Etapi, yang namanya pembaca, dari banyak kalangan dengan pola pemikiran yang berbeda, tentunya saya harus bisa terima konsekuensinya. Ada yang bilang masalah pribadi diumbar, postingan tidak umum, enggak enak kalay ybs membaca postingan tersebut, sampai di sini saya seolah menjadi terpidana, saya enggak bisa menerima keluarga besar suami, saya yang… bla-bla. Pokoknya banyak bangetlah kritik dan saran. Dan saya harus menerima konsekuensi itu.
Kenapa sih harus curhat di medsos?
Curhat di medsos itu terlalu vulgar, malah bisa dibilang membuka aib. Iya, bener juga sih. Etapi saya sendiri terkadang juga paling suka tuh baca postingan curhat.bukan berarti saya lantas nyinyirin si pencurhat ya, karena dari setiap postingan curhat yang saya baca, saya dapat hikmah, mata saya sedikit terbuka lebar, hidup tak semudah yang saya bayangkan dan masih banyak orang dengan permasalahan-permasalahan yang lebih berat dari saya.
Menyalahkan mereka yang curhat di medsos? Enggak juga. Sepribadi apapun itu. Karena saya selalu yakin, segala sesuatu itu selalu ada alasannya, bahkan ketika seseorang itu memutuskan untuk curhat di medsos dan dibaca semua orang. Saya selalu mencoba berpikir postif, mungkin orang tersebut ingin membagi kisahnya agar para pembaca bisa mengambil hikmahnya, mungkin juga orang tersebut butuh tempat untuk membuang segala uneg-unegnya, dan banyak kemungkinan lainnya yang bisa saja terjadi tanpa kita tahu. Karena kita tidak pernah tahu keadaan setiap orang.
Medsos saat ini mungkin sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Hingga banyak banget orang yang curhat di medsos, hanya saja berbeda curhatannya. Dan curhatan saya kemarin mungkin curhatan lebay dari orang yang sedang tidak waras. Bisa jadi…
Dan jujur saja, lama banget saya memikirkan untuk memposting atau tidak curhatan itu. Sempat baper, mungkin sampai nangis, karena benar-benar merasa muak dengan keadaan dan menyesalpun tidak ada gunanya. Padahal, dari apa yang orang-orang lihat, kurang apa hidup saya? Ortu, mertua, ipar, suami dan anak yang menggemaskan seolah menjadi paket lengkap dalam hidup saya. Tapi di sisi lain, saya seolah lelah menyimpan uneg-uneg yang membuat keharmonisan keluarga saya kacau. Dan saya selalu berasa bersalah jika keharmonisan yang kacau itu dikira karena saya cemburu pada mbak mantan. NO. SAMSEK bukan. Saya kasihan dong sama mbak mantan, wong enggak tahu apa-apa ntar malah kena getahnya.
Dan akhirnya, sayapun memprivate tulisan itu. Cukup saya sendiri yang membaca setelah 2 hari bisa dibaca semua orang.
Sebenarnya, banyak orang yang curhat di medsos
Memang benar kok, banyak banget orang curhat di medsos. Marah di medsos. Dlln…
Sebatas cerita, semasa abege saya juga hobi banget curhat di medsos. Ada apa-apa saya komentarin. Dan enggak jarang malah ada yang kesinggung, alhasil saya malah didamprat. Wkwkwkw… LOL. Padahal aslinya enggak maksud menyindir loh.
Etapi saya juga pernah menjadi pribadi yang enggak pernah curhat di medsos. Malah selalu ngasih tahu teman yang curhat di medsos, jangan curhat di medsos, kalau dibaca orang yang enggak suka sama kita ntar malah diketawain loh. Eladalah, kok kemarin saya sendiri malah curhat hal pribadi di medsos. Wkwkwkw…. Mungkin karena saking lelahnya saya, banyak kerjaan, banyak deadline yang menumpuk dan benar-benar muak dengan keadaan.
Dan hal seperti ini sebenarnya bukan hanya terjadi sama saya. Saya sering baca curhatan teman yang lebih menggila di medsos, saya juga sering baca curhatan para blogger yang lebih pribadi di blognya. Dan saya yakin, mereka sudah siap menerima konsekuensinya saat berani memposting curhatannya.
Curhat di medsos itu butuh keberanian
Yups, curhat di medsos itu harus bermental baja. Bakalan banyak nyinyiran dan kritikan itu sudah pasti. Sayangnya saya terlalu cemen hingga akhirnya saya memprivate tulisan saya. Atau sayanya sudah sadar kalau curhatan saya itu tidak layak dikonsumsi oleh publik. Dan jujur sih saya salut buat mereka yang berani curhat di medsos dengan segala konsekuensinya.
Curhat di medsos, suatu kesalahan
Curhatan saya kemarin adalah sebuah kesalah, iya bisa jadi. Mungkin seharusnya seperti biasanya, saya menuangkan setiap curhatan dalam bentuk fiksis seperti novel ataupun cerpen. Etapi kemarin? Saya menuangkan curhatan saya secara mentah-mentah.
Mungkin saya tidak berfikir panjang, iya bisa jadi. Bagaimana kalau keluarga besar saya membacanya? Teman-teman saya? Belum lagi rekan kerja mengingat apa pekerjaan saya. Sementara soal ybs membacanya? Saya cuek dan biarkan saja mau apa tanggapannya.
Mungkin, curhatan kemarin bisa menjadi pembelajaran buat saya, saya bisa menyaring, masalah apa yang bisa saya bagi dengan publik dan masalah apa yang seharusnya cukup saya simpan rapat.
Mungkin juga kebodohan kemarin terjadi karena saya sedang tidak waras, mungkin juga saking lelahnya saya dan mungkin karena saya sedang jauh dengan Tuhan. Semua kemungkinan bisa terjadi tanpa ada yang tahu sebenarnya.
Thanks buat yang sudah mengingatkan
Saya sih berterima kasih banget buat teman-teman yang sudah ngingetin saya tapi saya enggak bisa nyebutin satu-satu. Marah? saya enggak marah, justeri itu membuat saya kembali waras dan berpikir panjang.
Dan buat yang suka curhat di medsos maupun blog, yuk baca ulang postingannya sebelum dipublish. Yuk, disaring lagi apakah artikelnya layak dikonsumsi publik apa tidak?
Hehehe…
https://diajengwitri.id/2016/08/08/curhat-di-medsos-harus-bisa-terima-konsekuensi/DiaryCURHAT DI MEDSOS, HARUS BISA TERIMA KONSEKUENSI CURHAT DI MEDSOS, HARUS BISA TERIMA KONSEKUENSI. Beberapa hari lalu saya sempat memposting sebuah tulisan curhatan yang berjudul saya pernah minta cerai. Yups, dari tulisan itu pengunjung blog meningkat, etapi banyak juga kritik dan saran buat saya yang akhirnya saya memutuskan untuk memprivate...Witri Prasetyo AjiWitri Prasetyo Ajiwitinduz2@gmail.comAdministratorHappy Wife Happy Mom Author Bloggerdiajengwitri.id - Lifestyle Blogger
Oalah pantesan aku klik kok nggak ada lagi, duh telat aku 😀
Emang sih sebisa mungkin jangan curhat di medsos, lebih baik sama sahabat saja. Apalagi masalah rumah tangga, sebisa mungkin diselesaikan berdua atau dengan keluarga inti saja. Kalau ada baik-buruknya yang kena bukan hanya kita tapi keluarga besar.
Semoga setelah ini kamu makin bijak dalam menulis ya Wit.
hihihi.. padahal aku sama suami baik-baik aja loh, Mas… ya adalah yang selalu bikin berantem… tapi hubungan aslinya mah baik… tapi gara2 postingan aku itu dikira neko2 deh akhirnya.. hehe
kalo saya nyampah di twitter..aman
wkwkkw
Hehehe.. aku biasanya mentok di BBM, tp jarang banget, bisanya curhatan aku dlm bentuk fiksi, ya cerpen atau puisi. kemarin mentah2…
saya baca lho yg kemaren, hehehe.
Saya tampung gundah-gulananya mbak 🙂
Tenang, aman kok. Hehehe
Wuaaa… tutup mukaaa
Maluuuuuu…. ;(
aku sempat kaget sih mbak baca judulnya, tapi trs aku ngelihatnya dari sisi yang berbeda mungkin mba witri niat sharing biar nggak terulang lagi baik untuk diri sendiri maupun orang lain. mungkin judulnya aja mbak lebih diperhalus
hehehe… terima kasih Mbask Vety… ya begitulah.. tapi saya sama suami dan mertua serta adiknya suami aslinya enggak separah itu loh….
Aku dulu termasuk doyan curcol di FB. Lama2 nggak enak juga, soalnya sering bikin salah paham. Hiks.
hihihihi.. betul Mbak… 🙂
Jangankan curhatan, kata sekedar iseng nyeletuk apa gtu di medsos, ada aja yg komennya nylekit. Hehehe. Kuncinya sih, jgn baper kalau di medsos, kalau aku. Soal curhat di medsos yah mungkin sah2 aja, tapi mungkin perlu mempertimbangkan lagi untung ruginya kalau cerita di medsos kali ya? Kalau dirasa lbh banyak buntungnya wes curhat ke tmn aja hehe
hehehe… iyaaa Mbak… tapi aku jadi dapat hikmahnya, jadi tahu mana kawan sejati yang ngasih solusi, jadi tahu mana yang ngetawain, pokoknya banyak deh hikmah dr postingan yang dibilang fenomenal kemarin
Aku belum sempat baca, loadingnya lama, gak jadi baca deh.
Hehehe.. Alhamdulillah.. hehehe 🙂
Aku salah satu orang yg kasih saran kemarin, maaf ya mbak kalau kurang berkenan. Aku buka lagi postingannya udah ga ada, ternyata km private, maafkan akooooh!!!
Btw sebenarnya postinganku juga kebanyakan curhatnya kok mbak, hampir semua malahan hahahaha
So enjoy the life aja, yg nyinyir bye-byein aja, penting gak merugikan banyak orang dan layak konsumsi publik aja xixiixixi
Semangat mama juna
Enggak sih mbak… aku ggmarah dan malah makasih… hehehe
Beneran dech mbak…
Aku sih lbh suka yg berani ngasih saran drpd ngomongin di belakang…. 😉