Seorang Witri, Wawancara Part I




Pagi itu saya membuka IG, ada sebuah pesan masuk. Dari seorang siswa SMAN 10 Samarinda yang bertanya pada saya, apakah saya seorang penulis? Saya mengamininya, meskipun saya belum punya segudang karya, tapi adalah karya saya yang membawa saya dikenal sebagian orang.

Siswa tersebut lalu bertanya, apakah saya bersedia untuk diwawancarainya? Oh… tentu saja bisa. Apalagi sebelumnya saya pernah dihubungi juga oleh beberapa anak SMA yang ingin menulis resensi Love Is Friendship sebagai tugas sekolahnya. Waktu itu, saya bahagia bukan kepalang. Novel teenlit perdana saya dijadiin tugas sekolah? Meskipun receh, tapi saya happy dan bersyukur banget. Apalagi sekarang, ada yang mau menjadikan biografi saya sebagai tugas sekolahnya.

NAMA

Sedikitnya saya mau jawab di sini, Witri itu bukan nama aslinya saya, melainkan nama pena plus nama panggilan. 27 tahun yang lalu, ketika saya lahir, orang tua saya memberi nama saya WAHYU TRIYANI. Nama yang katanya ndeso ini punya arti loh, WAHYU itu karena saya lahir jam 3 pagi, konon katanya, jam 3 pagi itu diartikan turunnya wahyu. Dan yang kebetulan banget, saya adalah wahyu buat kedua orang tua saya yang sebelumnya dua kali gagal mendapatkan buah hatinya. Sementara TRI karena saya anak nomor tiga. YANI sich hanya tambahan saya. Wong ‘katanya’ juga dulu pernah mau diberi nama TRI WAHYUNI, tapi enggak tahu kenapa jadi WAHYU TRIYANI.

Terus, jadi WITRI PRASETYO AJI gitu?

Soal nama ini sich sering banget jadi perdebadan. Ada juga yang bilang saya malu sama nama asli saya. Padahal, blas enggak ngagas. Kalau saya malu, enggak mungkinlah nama sosmed saya pakai nama asli, dan pastinya saya juga enggak bakalan nulis nama asli saya di sini.

Terus, nama pena saya juga pernah dapat sindiran dan protes karena pakai nama suami. Yang dalam Islam katanya enggak boleh. Tapi sempat baca di catatan facebook juga katanya boleh. Untuk yang satu ini saya milih idem dan no coment. Soalnya saya bukan ahli agama.

Saya memakai nama WITRI PRASETYO AJI ya karena nama itu sudah melekat saja. WITRI itu singkatan dari WAHYU TRIYANI yang pas SMA pernah dipanggil WT ataupun Witi. Terus saya kok mantepnya Witri karena kalau Witi itu kan terlalu imut, meskipun saya sebenarnya juga masih imut-imut #langsungdikeplak  LOL… Dan nama Prasetyo Aji sengaja ditempelin karena waktu zaman pacaran sama Pak Wends saya bikn akun facebook untuk kita berdua. Jadilah ngegabungin nama saya dan Pak Wends.

Jadi, nama Witri memang sudah ada semenjak saya belum kenal Pak Wends. Bukti nyatanya adalah witricom.blogspot.com dan witri90.wordpress.com. Kedua blog itu saya bikin pas saya belum kenal sama Pak Weds.




Hingga akhirnya saya sama Pak Wends, terus saya kembali menulis, waktu itu ikut lomba-lomba yang diadain penerbit indie, namanya pakai nama facebook Witri Prasetyo Aji. Yaudahlah, akhirnya saya pakai nama pena Witri Prasetyo Aji.

TTL dan keluarga

Saya lahir di Boyolali, 14 November 1990. Lahir dan besar di Boyolali. Saya punya satu saudara, adik saya bernama NGABEKTI yang sekarang sedang menempuh pendidikan di Semarang.

Cerita Masa Kecil dan Didikan Orang Tua

Saya kecil adalah anak yang manja. Meskipun orang tua saya adalah orang enggak punya, akan tetapi mereka selalu bekerja keras untuk memberikan fasilitas terbaik untuk saya. Apalagi Bapak, saya adalah sosok anak perempuan yang dekat sekali dengan Bapak. Beli apa-apa sama Bapak, bahkan sahabat-sahabat SMA saya juga kenal sama Bapak.

Sementara dengan Ibu? Ibu lebih dekat dengan adik saya. Saya muda sering banget adu pendapat dengan Ibu. Akan tetapi, setelah saya menikah, saya justeru lebih dekat dengan Ibu dan jarak antara saya dan Bapak mulai kentara.

Masalah didikan, Bapak dan Ibu bisa dibilang mendidik saya dengan didikan yang keras. Meskipun saya manja, bukan berarti Bapak dan Ibu enggak pernah memarahi saya. Sering banget malah. Saya harus disiplin, saya harus tahu pekerjaan rumah, main harus jelas dengan siapa dan yang jelas mereka adalah orang tua yang sulit memberikan izin untuk anaknya keluar malam.

Didikan-didikan keras itu yang menjadikan saya seperti sekarang. Dan saya berterima kasih sekali untuk itu.

Akan tetapi, orang tua saya hanyalah manusia biasa yang punya kekurangan dan kelebihan. Mereka memang orang tua yang hebat buat saya, akan tetapi…

Bapak adalah sosok yang terlalu baik. Bapak adalah sosok yang enggak tegaan. Jadi maaf, Bapak sering dimanfaatkan orang. Sebagai orang yang enggak mau membuat sakit hati orang lain, terkadang Bapak lebih mementingkan orang lain daripada keluarga.

Tapi kekeras kepalaan Ibu adalah pelengkap sikap Bapak yang terlalu baik. Ibu seolah menjadi pelindung dari mereka yang ‘sempat’ menjadi benalu dalam keluarga kami. Benalu yang sempat mengadu domba kami.

Bapak dan Ibu, mereka sosok orang tua yang tak pernah memuji saya di depan umum. Cenderung menjelekkan malah. Seperti : Bapak dan Ibu memuji anak orang yang pinter dan malah bilang saya kurang disiplin, yang ada orang malah meremehkan saya. Dan hal itu, membuat saya nyaris kehilangan kepercayaan diri.

Tapi seiring berjalannya waktu, semua hal itu baik buat saya. Saya membuktikan ke Bapak dan Ibu serta orang-orang yang meremehkan saya kalau saya BISA. Saya bisa berkarya dan orang bisa mengenal saya. Sedikitnya, saya tahu kalau orang tua saya bangga atas pencapaian saya.

Dan saya sadar, jika orang tua saya suka memuji saya, itu tak akan membuat saya menjadi pribadi sekuat ini. Yang ada saya malah saya menjadi manusia sombong yang sulit menghargai orang lain.

PRESTASI

Hmm.. prestasi? Saya enggak tahu apakah saya punya prestasi. Sedari kecil saya enggak pernah dapat rangking satu. Paling banter ya rangking 3 dan sepuluh besar doang. Berbeda dengan adek saya, langganan rangking satu.

TK dan SDnya juga cuma sekolah biasa saja di kampung. SMP dapat SMP Favorit. SMA dan kuliahnya enggak.

Bicara soal prestasi, ikut nulis dapat juara I mah pernah. Tapi yang ngadain penerit indie. Bangga? Ya gitulah. Hahaha… Untuk lomba-lomba dari penerit mayor, belum pernah juara. Pun dengan lomba blog, paling banter juara III dan jadi juara favorit atau hiburan saja.

Untuk karya-karya saya, bisa dilihat DI SINI! Pun soal status saya… sudah saya jembrengin.

ORGANISASI

Sewaktu masih duduk di bangku SMP, saya enggak pernah ikut organisasi apapun. Maklum, masih polos dan kakak kelas yang sekampung juga enggak ada yang ikut organisasi.

Berbeda dengan pas saya SMA. SMA memang enggak favorit, tapi saya happy banget karena saya punya sahabat dan teman-teman yang asyique. Saya ikut PRAMUKA DAN ROHIS Sekolah. Iya, saya yang manja ini ikut Pramuka. Pernah ikut lomba jalan sejauh 63 km loh. Alhamdulillahwasyukurillah, SMA saya dapat juara I.

Terus, saya yang sebelum nikah sering pakai baju kurang bahan ini juga anak rohis. Emang niatan berjilbab itu ntar kalau udah nikah, enggak tahu kenapa. Ndlalah sehabis nikah malah dapat kerjaan di SMP Islam. Berjilbab karena tuntutan kerja, hingga akhirnya benar-benar mantap berhijab.

Sementara pas kuliah? Universtas tempat saya kuliah itu universitas baru. Yagitulah. Perpusnya saja enggak pernah buka, kegiatan masih ala-ala. Tapi sesuatu yang paling berkesan itu, saya ikutan baksos Merapi 2010 sama ikutan touring. Dari kedua kegiatan itu, banyak banget pengalaman dan teman yang saya dapatkan.

INSPIRASI DALAM BERKARYA

Sedari kecil saya memang suka menulis. Yang saya ingat, ada saudara yang demen banget muji kalau tulisan saya bangus. Jadilah saya hobi tulis menulis enggak jelas. Hingga pas saya SMP, kan ada tuh sinetron AADC versi Ririn Dwi Ariyanti, saya tuh terinspirasi banget sama sosok Cinta. Saya kebetulan juga demen puisi. Saya penonton setianya AADC versi sinetron. Dan pengen banget punya sahabat kayak Cinta. Saya juga suka cowok romantis. Eh, dapat suami romantis plus tukang ngegombal.

Baca : AADC I

Baca : AADC II

Baca : Kenapa Pada Baper Nonton Dilan?

Pas SMP, saya sering nonton drakor dan FTV, Saya suka ajah sama jalan ceritanya. Terus saya juga hobi banget ke perpustakaan. Tiap hari loh saya pinjam buku. Buku favorit saya adalah cerita rakyat. Dulu cerita rakyat dari mana saja saya tahu. Hehehe…

Saya terus suka dunia tulis menulis. Saya bikin puisi dan saya ingat banget perlakuan salah satu teman sekelas saya. Jadi waktu SMP saya itu enggak punya geng, Cuma punya teman biasa doang, dan ada dong anak orang kaya punya geng enggak suka sama saya karena saya temenan sama cowok yang ditaksirnya. Ingat banget, puisi-puisi saya ditempel di mading terus saya diolok-olok, pokoknya dihina bangetlah.

Tapi pas SMA… semua mendadak berubah. Saya menemukan diri saya. Saya punya sahabat sedari masuk kelas X, yaitu Dian, Rini dan Hanifa. Terus pas kelas XI, nambah lagi Ruben, Ajeng, Danik, Uun. Itu sahabat yang ala-ala ngegeng gitu yah, belum sahabat lainnya kayak Ali, Dek Santi, Anna Yulia, Aan, Yayuk, Toper dan teman-teman lainnya. SMA tuh dunia saya, saya beneran punya sahabat. Apalagi saya dan Hanifa itu klop banget, dia pecinta puisi. Bahkan saya inget, cita-cita dia adalah jadi penyanyi (pernah ikut audisi KDI), dan saya pengen jadi penulis.

Baca : Untuk Sahabat




Merasa mendapat dukungan, saya kembali menulis. Saya pernah bikin novel yang saya tulis tangan panjangnya sampai 4 buku loh. Sayangnya sekarang enggak tahu di mana. Terus sering bikin cerpen gitu. Temen-temen sekelas suka ngebacanya. Pokoknya happy bangetlah.

Pas kelas XI SMA, pernah loh ada tugas Bahasa Indonesia dan saya malah ngumpulin buku yang isinya cerita novel. Hahahah…

Sementara inspirasi-inspirasi tulisan saya tuh kebanyakan cerita nyata yang saya kasih bumbu lebay-lebay drama gitu dech. Jadi rasanya kayak dapet.

Saya jembrengin yah, mulai dari novel Love Is Friendship. Enggak plek duplek sama yang pernah terjadi sich, tapi ada bagian yang saya ambil dari kisah nyata. Kayak saya dihianatin sahabat saya soal cowok. Terus saya dijauhin sahabat saya karena dapat sahabat baru gitu.

Baca : KASTA

Sementara novel KASTA pun juga gitu. Saya mempelajari seluk beluk BALI. Referensinya mpe setumpuk. Terus kan saya pernah punya pacar orang enggak punya, pernah pula dilamar sama orang dan dipaksa mau, pernah pula pacaran tapi diselingkuhin. Gado-gadolah ya.

Dan kalau boleh jujur, di otak nih banyak banget sinopsis yang pengen saya tulis jadi buku. Mohon doanya ajah yah semoga kelar. Mohon maaf jawabannnya panjang banget. Yang Part II dilanjut ntar yah J

 

Witri Prasetyo AjiDiarySeorang Witri, Wawancara Part I (adsbygoogle = window.adsbygoogle || ).push({}); Hingga akhirnya saya sama Pak Wends, terus saya kembali menulis, waktu itu ikut lomba-lomba yang diadain penerbit indie, namanya pakai nama facebook Witri Prasetyo Aji. Yaudahlah, akhirnya saya pakai nama pena Witri Prasetyo Aji. TTL dan keluarga Saya lahir di Boyolali, 14 November...

Comments

comments