BroNies, I Love You
Namaku Kartika Rahayu, aku seorang janda berusia 38 tahun. Dengan seorang malaikat kecilku, Amira yang kini berusia 7 tahun, aku mencukupi kehidupan ku sebagai seorang tentor di sebuah Bimbingan Belajar yang ada di Solo ini. Namun, terkadang aku juga mengambil job menyanyi dari panggung ke panggung. Biasalah, di Solo ini, kalau ada orang punya hajat, pasti akan menggunakan jasa penyanyi sebagai hiburannya. Lumayanlah, bisa buat tambahan makan dan biaya hidupku bersama Amira.
Mungkin, usiaku sudah cukup tua namun anak semata wayang ku baru berusia 7 tahun. Semua terjadi karena Mama ku. Perceraian ku dengan Arjuna, mantan suamiku, juga karena kehendak Mama ku. Hidupku sepertinya sudah di atur dan di tentukan oleh Mama ku.
Terkadang aku merasa lelah dan capek dengan aturan-aturan yang Mama berikan kepadaku. Ingin rasanya berontak pada keadaan. Namun, semua menjadi berbeda semenjak aku mengenal lebih dekat sosok Tio, murid ku sendiri. Cowok yang usianya 20 tahun lebih muda dariku itulah yang merubah hidupku menjadi lebih berwarna. Sedikit gila memang, tapi inilah kenyataannya. Tio bukan hanya menjadi muridku, tetapi menjadi teman curhatku serta teman kencanku. Lucu, dia mungkin lebih pantas menjadi anakku daripada menjadi tambatan hatiku, tapi dalam pelukannyalah aku merasakan kedamaian yang 6 tahun tidak pernah aku rasakan. Yah, aku bercerai dengan Arjuna disaat Amira masih berusia 1 tahun. Seharusnya, kami menjadi keluarga kecil yang berbahagya, namun semuanya sirna sudah semenjak Arjuna mengalami kebangkrutan. Mama ku memaksa aku untuk bercerai dengan Arjuna.
“Tika nggak bisa Ma bercerai dengan Mas Arjuna!” ucapku ke Mama dengan suara meninggi. Aku emosi. Hatiku hancur. Mama ku sendiri yang menginginkan perceraiannku. Padahal dulu Mama pulalah yang memilih Mas Arjuna sebagai suamiku. Tidak ada pilihan lain waktu itu, usiaku sudah 30 tahun, namun aku masih berstatus lajang. Tanpa pikir panjang, aku menuruti kehendak Mama, menikah dengan Mas Arjuna, seorang pengusaha batik yang lumayan sukses di kota ini. Namun, 6 tahun yang lalu Mama tidak bisa menerima kebangkrutan Mas Arjuna, dan memaksakan aku untuk bercerai dengan Mas Arjuna. Tak ada pilihan lain, aku tak sanggup membuat Mama kecewa. Dan kini, aku harus hidup menjanda.
© © ©
Sabtu malam ini, Tio memintaku untuk menemaninya ke toko buku. Katanya, dia mau mencari buku materi ujian. Yah, Tio baru kelas 3 SMA, dan bulan depan dia sudah ujian.
Kami ke Toko Buku Gramedia yang terletak di depan Sriwedari. Dengan sabar aku menemaninya mencari buku yang diinginkannya. Tak ada kata bosan untukku menemaninya. Entahlah, aku sangat senang sekali bisa bersamanya.
“Hay Tio, loe juga sedang cari buku materi ujian ya?” seorang cewek menyapa Tio. Sepertinya seumuran sama Tio. Cewek itu mendekat ke arah kami. Dia di temani seorang cowok yang nampaknya seumuran juga dengan Tio.
Hati ku berdetak tak karuan. Aku di kelilingi anak-anak SMA. Perasaanku tiba-tiba saja menjadi tak enak. “Duh Gusti, ada apa ini?” pekikku dalam hati. aku menunduk tak berdaya. Antara malu dan takut sedang menguasai perasaanku.
“Loe ma sapa Io? Ini bukan Tante Sari kan?” tanya cewek itu menyelidik. Sepertinya cewek itu mengenal dekat Tio. Bahkan tahu dengan Mamanya Tio. Aku saja yang sudah 6 bulan menjalin hubungan dengan Tio, sama sekali tidak mengenal keluarga Tio. Berkujung ke rumahnya memang pernah, tapi untuk memberi les tambahan untuk Tio. Tapi, orang tua Tio sama seperti ku, bercerai. Tio ikut dengan Papanya, sedang ibunya katanya sudah berkeluarga lagi. Makanya aku bisa dekat dengan Tio, awalnya dia hanya sekedar curhat saja sama aku tentang kesepiannya tanpa Mama, namun lama-lama benih-benih cinta mulai muncul diantara kami.
“Penting buat loe tahu siapa dia?” jawab Tio bales bertanya. Sedikit sinis. Terlihat jelas wajah tak suka Tio dengan cewek itu.
“Mama tiri loe ya Io?” cewek itu bertanya lagi.
Tio semakin tak menyukainya. Tio hanya diam saja.
“Jangan-jangan pacar loe ya Io?” tanya cowok yang bersama tuh cewek. Cowok itu tertawa seolah mengejek Tio. Hatiku semakin dag dig dug dibuatnya. Tio pasti malu mengakui aku sebagai ceweknya. Karena aku lebih pantas jadi ibunya daripada jadi pacarnya.
“Iya, dia cewek gue? Kenapa? Masalah buat loe?” jawab Tio. Aku terkejut mendengarnya. Tio seberani itu. Bahkan bukan hanya aku yang di buatnya terkejut, tapi juga cewek itu. Kecuali cowok itu, dia terbahak-bahak menertawakan Tio.
“Hah, putus dari Marry, loe pacaran ma emak-emak? Hahahahaha,” ucap cowok itu yang membuat Tio panas.
Tio garang di buatnya. Dia sudah ancang-ancang ingin memukul cowok itu. Tapi aku melarangnya dan menariknya pergi dari cowok itu. Sementara cewek itu hanya diam melihat kami yang meninggalkannya.
“Cewek tadi Marry, mantan aku, “ ucap Tio padaku saat kami sedang makan di salah satu food court yang ada di Solo Grand Mall, salah satu mall yang ada di Solo dan letaknya tidak jauh dari Toko Buku Gramedia. “Sedangkan cowok tadi, Ari. Cowok barunya Marry,” tambah Tio.
“Kenapa kamu tadi sejujur itu Io? Apa kamu nggak malu punya pacar setua aku?” ucapku ke Tio. Aku merasa kasihan terhadapnya.
“Kenapa aku harus malu? Kenyataanya kamu memang cewek aku kan?”
“Tapi aku ini janda Io.”
“Emang kenapa kalau janda?”
“Perbedaan usia kita 20 tahun Io, dan aku udah punya anak, “ ucapku seakan menegaskan kalau hubungan ini adalah hubungan yang salah. Masa depan Tio masih panjang. Aku tidak sanggup merusak masa depannya.
“Tika, aku janji, setelah lulus SMA aku akan kerja. Cari uang untuk melamar kamu, dan kita akan hidup bahagya. Bertiga bersama Amira,” ucap Tio yangterdengar melemah. Selalu itu yang diucapkannya padaku setiap aku membahas hubungan ini. “Aku janji Tika, aku janji, aku akan menikahimu, “ tambahnya yang semakin membuatku tak berdaya.
Tio mengenggam erat jemariku. Meyakinkanku pada hubungan ini. Aku menarik nafas panjang. Menatapnya lekat-lekat. Aku tak mungkin bisa meninggalkannya. Aku teramat mencintainya. Kehadiran Tio telah membuat hariku berbeda. Aku tak lagi takut menghadapi hari-hariku sebagai seorang single parents. Dan Tio juga telah membuat perubahan besar dalam hidupku. Aku lebih santai menjalani hidup yang semakin berat ini.
© © ©
Suara ponselku berdering. Tanda ada SMS masuk. Tapi dari nomor yang tidak di kenal. Bu Tika, saya ingin bicara dengan Anda. Saya tunggu Anda di Warung Jepang Yakumi yang ada di depan SAS FM. Aku tak tahu nomor siapa ini. Mengapa dia tahu namaku dan bisa tahu nomor Hp ku?
Tanpa pikir panjang, dengan Mio ku aku langsung meluncur ke tempat yang ada di Jalan Raya Solo Baru No. B 06 Solo Baru. Sesampainya di sana, ada seorang wanita yang duduk bersama seseorang yang tak asing dalam pandangan mataku. Seseorang itu adalah mantan suamiku, Mas Arjuna.
“Bu Tika?” tanya wanita yang nampaknya seumuran dengan ku. Mungkin juga dia lebih tua 2 tahun dariku. Tak mungkin dia lebih mudadariku.
Aku mendekat ke arah mereka. Wanita itu terlihat sangat dekat dengan Mas Arjuna. “Silahkan duduk Bu, “ wanita itu mempersilahkan aku duduk. Aku bingung di buatnya. Sama sekali tak mengerti dengan apa yang terjadi denganku. “Siapa wanita ini?” tanyaku dalam hati.
“Saya Sari Bu, Mamanya Tio, “ ucap wanita itu yang membuat jantungku berdebar kencang. “Marry sudah bercerita semua tentang hubungan Anda dengan Tio, anak saya, “ tambahnya yang membuatku gugup dan malu. Apalagi dia mengatakannya di depan mantan suamiku. Mau ditaruh mana muka ku ini.
“Maafkan saya Bu, “ ucapku dengan wajah menunduk. Menunduk karena malu.
“Bu, sebagai seorang ibu, tentunya ibu ingin yang terbaik untuk anaknya. Begitu juga dengan saya.”
“Maksud Anda apa?”
“Ibu tentu tahu apa yang saya maksud.”
Aku terdiam. Aku tahu apa maksud ucapan Sari.
“Setelah Tio selesai menghadapi ujian, saya berjanji akan menjauhi Tio, “ ucapku dengan getir. Sempat aku melirik Mas Arjuna yang menatapku dalam-dalam. Aku sangat malu sekali padanya. Aku menggugat cerai dan aku berpacaran dengan lelaki yang usianya 20 tahun lebih muda dariku.
“Tika, terima kasih kamu mau menjauhi Tio. Itu juga demi masa depan Tio Tika, “ ucap Mas Arjuna dengan tenang. Entahlah, kenapa Sari bisa mengenal Mas Arjuna? Ada hubungan apa Tio dengan Mas Arjuna. Ah, aku sudah tidak mau tahu tentang itu.
Dan sejak saat itu, perlahan-lahan aku menjauhi Tio. Mengurangi frekuensi pertemuanku dengan Tio. Kadang, kami hanya bertemu saat ada di bimbel saja. Aku juga kerap menolaknya tiap kali Tio memintaku untuk mengajarinya les tambahan dirumahnya. Bagiku, mengurangi frekuensi pertemuan kami adalah hal yang terbaik untukku dan Tio.
Apa yang diucapkan oleh Mamanya Tio memang benar adanya. Setiap ibu pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Ibu mana coba yang rela anak lelakinya yang masih duduk di bangku SMA berpacaran dengan janda yang seumuran dengannya. Pasti takakan yang rela. Pasti setiap ibu menginginkan anaknya berpacaran yang normal, berpacaran dengan wanita yang sepadan dengannya. Aku memang benar-benar keterlaluan. Tak seharusnya aku mencari pelarian seperti ini.
Hingga benar-benar aku tahu kalau Tio sudah lulus SMA. Aku semakin jauh darinya. Aku sering me-reject teleponnya, mengabaikan SMS atau BBM-nya. Aku benar-benar menjauh darinya.
Sayang, kamu kenapa sich nyuekin aku? Apa salah aku? Aku kangen banged nich. SMS Tio padaku, tapi buru-buru aku men-delete-nya. Itu hanya akan membuat perasaanku lemah saja.
Sayang, aku kangen. Giliran BBM Tio ke aku. Aku tahu, Tio bukanlah pemuda yang pantang menyerah. Hingga suatu sore Tio menjemputku di saat aku pulang mengajar. Aku sudah berusaha menghindarinya, namun Tio tak mau menyerah begitu saja. Semakin aku menghindar, semakin Tio mengejarku. Aku kesal di buatnya. Aku menghentikan Mio ku di pinggir jalan, di ikuti Tio yang ikut menghentikan Ninja RR-nya. Aku turun dari motorku dan mendekat ke arahnya.
“Mau kamu apa sih Io?” tanyaku dengan garang. Tak peduli dengan orang-orang disekitar yang menatap ke arah kami. Aku benar-benar sudah tidak taan di buntuti Tio.
“Kamu tanya mau aku apa? Kamu yang maunya apa?” hardikya. Aku melihat jelas emosinya yang menggebu. Remaja seusia Tio wajarlah kalau emosinya masih labil, masih meledak-ledak begitu saja.
Aku menatapnya lekat. Sinar matanya masih memancarkan cinta untukku. Aku bisa merasakannya. Tidak, aku tidak boelh lemah. Aku harus tegas, ini demi masa depan Tio. Masa depan Tio masih panjang.
“Kamu mau tahu apa mau ku? Aku mau kita putuss!!!” teriakku lalu meninggalkan Tio begitu saja.
Aku benar-benar tidak peduli lagi dengan Tio. Aku kembali mengendarai motor maticku untuk meluncur pulang.
Semenjak aku memutuskan hubunganku dengan Tio, aku mengganti nomor ponselku. Aku juga pindah kontrakan, maklum aku bukan asli orang Solo, jadi aku di sini masih ngontrak. Rumahku yang sebenarnya ada di Semarang, di daerah Tembalang. Aku juga mengundurkan diri dari pekerjaanku dan fokus sebagai penyanyi dari panggung ke panggung. Dan aku menikmati hari-hariku hanya bersama Amira.
Awalnya, semua ini memang berat bagiku. Rasanya sepi dan hambar. Sebulan dua bulan masih sama, hampa dan tidak bersemangat. Namun lama-lama aku telahterbiasa menjalani kehidupanku tanpa kehadiran Tio. Dan kini, aku sedang berfokus pada profesi ku sebagai seorang penyanyi dan fokus sebagai single parents untuk Amira. Mencari uang sebanyak mungkin agar Amira tetap bisa bersekolah dan mencapai cita-citanya setinggi mungkin. Karena aku tak ingin seperti aku, menjadi janda dan penyanyi kampung, hanya di lecehkan orang saja. Cukup hanya aku saja yang merasakan kepahitan ini.
© © ©
2 tahun telah berlalu…….
Aku membaca koran pagi yang terbit hari ini. Entahlah, ini jauh dari kebiasaan aku. Biasanya aku paling malas membaca. Tapi entah kenapa, tiba-tiba naluriku ingin sekali membaca koran yang tergeletak di meja ruang tamu kontrakanku.
Aku membaca berita utama pagi ini. ANAK DPRD KOTA SOLO, TEWAS OVERDOSIS NARKOBA. Hatiku miris membacanya. Aku menjadi penasaran sekali untuk membaca.
Solo (31/01), anak DPRD Kota Solo, Prasetyo Tio Nugroho di temukan tewas mengenaskan dikamarnya. Diduga, Tio tewas karena overdosis mengkonsumsi narkoba jenis sabu. Banyak pihak mengatakan, Tio mulai mengkomsumsi sabu-sabu semenjak 2 tahun yang lalu lantaran kecewa di tinggalkan oleh kekasihnya………..
Aku tak sanggup membacanya. Hatiku hancur. Tak terasa air bening menetes dari sudut mataku. Aku tidak menyangka kalau Tio akan senekat ini. Aku benar-benar menyesal telah meninggalkannya.
Aku telah merusak masa depan Tio. Perih sekali hati ini.
“Tio, kenapa kamu lakukan hal bodoh ini Tio?” tanyaku pada diriku sendiri.
Aku terdiam, hanya diam dalam penyesalanku. Kini Tio telah tiada. Aku tak akan pernah bertemu dengannya lagi. Kami telah berpisah untuk selama-lamanya. Dan penyesalan ku pun tak akan pernah mengembalikan Tio ke dalam pelukanku.
© © ©
https://diajengwitri.id/2013/02/25/bronies-i-love-you/CerpenNamaku Kartika Rahayu, aku seorang janda berusia 38 tahun. Dengan seorang malaikat kecilku, Amira yang kini berusia 7 tahun, aku mencukupi kehidupan ku sebagai seorang tentor di sebuah Bimbingan Belajar yang ada di Solo ini. Namun, terkadang aku juga mengambil job menyanyi dari panggung ke panggung. Biasalah, di Solo...Witri Prasetyo AjiWitri Prasetyo Ajiwiti_nduz@yahoo.co.idAdministratorHappy Wife || Happy Mom || Author || Blogger || Ka. TU dan OPS SMP Islam Sudirman Ampeldiajengwitri.id - Lifestyle Blogger
Ya Allah sedihnyaaa…, tapi ini cuma fiksi kan ya. Temanya oke, deh. Banyak loh di sekitar ada berondong yang suka sama tante2..hehe.
temanya bagus, saya kira ini curhatan,hehe
tapi karena ini fiksi, ada yang mau saya komentari, kayaknya penggunaan sapaan loe itu kurang pas untuk percakapan fiksi dengan tema agak serius dan mengangkat realita. Bisa merusak penghayatan cerita itu sendiri. Ditambah lagi settingnya dibuat di solo. Kurang nampak sopan, kurang njawani (istilahnya)
Jika tidak berkenan, mohon maaf ya
Salam