Nulis #Random2015 Hari II
2 JUNI 2015 Hari Raya WAISAK 2559
Hari ini, tanggal 2 Juni 2015 dalah Hari raya WAISAK. Saya, sebagai Muslim, ‘maaf’ tidak mengucakan ‘selamat’ bagi yang merayakannya, padahal Kakek saya dulu beragam Budha dan Alhamdullilah, sekarang sudah Muslim J
Saya punya alasan khusus kenapa tidak mengucapkan ‘selamat’ bagi yang merayakannya. J
Meski tak mengucapak ‘selamat’, tapi setidaknya saya ingin berbagi tentang seluk beluk WAISAK. Karena menurut saya, ini adalah ilmu. Meski tak dipelajari, tapi kita cukup tahu.
ARTI KATA WAISAK
Waisak atau Waisaka (Pali; Sanskrit: Vaiśākha वैशाख) merupakan hari suci agama Buddha. Hari Waisak juga dikenal dengan nama Visakah Puja atau Buddha Purnima di India, Saga Dawa di Tibet, Vesak di Malaysia, dan Singapura, Visakha Bucha di Thailand, dan Vesak di Sri Lanka. Nama ini diambil dari bahasa Pali “Wesakha”, yang pada gilirannya juga terkait dengan “Waishakha” dari bahasa Sanskerta.[1] Di beberapa tempat disebut juga sebagai “hari Buddha”.
Dirayakan dalam bulan Mei pada waktu terang bulan (purnama sidhi) untuk memperingati 3 (tiga) peristiwa penting, yaitu :
- Lahirnya Pangeran Siddhartadi Taman Lumbinipada tahun 623 S.M.,
- Pangeran Siddharta mencapai Penerangan Agung dan menjadi Buddhadi Buddha-Gaya (Bodhgaya) pada usia 35 tahun pada tahun 588 S.M.
- Buddha Gautama parinibbana(wafat) di Kusinarapada usia 80 tahun pada tahun 543 S.M.
Tiga peristiwa ini dinamakan “Trisuci Waisak”. Keputusan merayakan Trisuci ini dinyatakan dalam Konferensi Persaudaraan Buddhis Sedunia (World Fellowship of Buddhists – WFB) yang pertama di Sri Lanka pada tahun 1950. Perayaan ini dilakukan pada purnamapertama di bulan Mei.
Waisak sendiri adalah nama salah satu bulan dalam penanggalan India Kuno.
Dalam tradisi Buddhis Mahayana, hari ini berasal dari nama bahasa Sanskerta, वैशाख (Vaiśākha), dan berasal dari variannya. Vesākha dikenal dengan nama Vesak atau Wesak (衛塞節) dalam bahasa Sinhala.
Waisak juga dikenal dengan :
- बुद्ध पुर्णिमा/বুদ্ধ পূর্ণিমাBuddha Purnima atau बुद्ध जयंती/বুদ্ধ জয়ন্তী Buddha Jayanti di India, Bangladesh dan Nepal,
- 花祭 (Hanamatsuri) di Jepang,
- 석가 탄신일Seokka Tanshin-il (Hanja: 釋迦誕身日) di Korea,
- 佛誕 (Mandarin: Fódàn, Kantonis: Fātdàahn) di komunitas berbahasa Tionghoa,
- Phật Đảndi Vietnam,
- ས་ག་ཟླ་བ།Saga Dawa (sa ga zla ba) di Tibet,
- វិសាខបូជាVisak Bochéa di Khmer,
- วันวิสาขบูชาVisakah Puja (atau Visakha Bucha) di Thai,
- ကဆုန်လပြည့်ဗုဒ္ဓနေ့(Kasone la-pyae Boda nei), lit. “Full Moon Day of Kason,” the second month of the traditional Burmese calendar,
- ວິຊຂບູຊVixakha Bouxa di Lao,
- වෙසක් පසළොස්වක පෝයVesak (Wesak) di Sri Lanka dan Malaysia.
SEJARAH WAISAK
Hari besar Agama Buddha salah satunya adalah hari Trisuci Waisak yang merupakan hari raya terbesar dan paling bermakna bagi umat Buddha.
‘Waisak’ berasal dari bahasa Pali ‘Vesakha’ atau di dalam bahasa Sansekerta disebut ‘Vaisakha’. ‘Vesakha’ diambil dari bulan dalam kalender buddhis yang biasanya jatuh pada bulan Mei kalender Masehi.
Disebut demikian karena Waisak memperingati Tiga Peristiwa Penting yang semuanya terjadi di bulan Vesakha dan pada waktu yang sama yaitu tepat saat bulan purnama.
Tiga Peristiwa Penting itu adalah :
1. Kelahiran Pangeran Sidharta
Pangeran Sidharta adalah Putra dari seorang Raja yang bernama Raja Sudodhana dan seorang Permaisuri yang bernama Ratu Mahamaya. Pangeran Sidharta lahir ke dunia sebagai seorang Bodhisatva (Calon Buddha, Calon Seseorang yang akan mencapai Kebahagiaan Tertinggi). Beliau Lahir di Taman Lumbini pada tahun 623 sebelum Masehi.
- Pencapaian Penerangan Sempurna
Pangeran Sidharta tidak pernah keluar dari istana, pada usia 29 tahun beliau pergi meninggalkan istana dan pergi menuju Hutan untuk mencari Kebebasan dari Usia Tua, Sakit dan Mati. Kemudian pada saat Purnama Sidhi di bulan Waisak, Pertapa Sidharta mencapai Penerangan Sempurna dan mendapat gelarSANG BUDDHA.
- Pencapaian Parinibbana
Ketika usia 80 tahun, SANG BUDDHA Wafat atau Parinibbana di Kusinara. Semua Makhluk memberikan penghormatan kepada Sang Buddha dan begitu juga Para Anggota Sangha, mereka bersujud sebagai tanda penghormatan terakhirnya kepada Sang Buddha.
Waisak sebagai sebuah hari raya Agama Buddha bisa memberikan contoh yang positif kepada setiap orang. Contoh positif yang diteladani adalah pengembangan cinta kasih kepada setiap makhluk hidup. Wujudnya bisa berupa berdana membantu mereka yang membutuhkan mendonorkan darah, menjaga lingkungan sekitar dengan hidup sederhana atau perbuatan-perbuatan baik lainnya. Akhirnya satu harapan besar dari Hari Waisak tersebut adalah bahwa setiap manusia diharapkan dapat merenungi segala perbuatannya dan setiap saat selalu hidup dengan rasa cinta kasih tanpa kebencian, seperti yang tertulis di dalam Dhammapada.
“Kebencian tidak akan selesai jika dibalas dengan kebencian, tetapi hanya dengan memaafkan dan cinta kasihlah maka kebencian akan lenyap”
MAKNA HARI-HARI SUCI AGAMA BUDHA
Dalam kitab suci Tipitaka diuraikan mengenai empat hari suci agama Buddha, yaitu :
1. Hari Suci Waisak.
2. Hari Suci Asadha.
3. Hari Suci Khatina.
4. Hari Suci Magha Puja.
Dari ke empat hari suci agama Buddha tersebut, hanya hari suci Waisak yang telah ditetapkan sebagai hari libur nasional di negara Indonesia oleh Pemerintah dengan keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 tahun 1983. Hari suci Waisak mulai menjadi hari libur nasional sejak Waisak 2527 yang jatuh pada tanggal 27 Mei 1983.
1. Hari suci Waisak
Hari suci Waisak atau Vaisakha Puja memperingati tiga peristiwa suci yang terjadi pada pribadi Guru Besar Buddha Gotama, yaitu:
1. Pangeran Siddharta lahir di Taman Lumbini tahun 623 Sebelum Masehi.
2. Petapa Gotama mencapai bodhi atau Penerangan Sempurna di Bodhi Gaya pada usia 35 tahun.
3. Buddha Gotama mencapai Parinibbana (mangkat) di Kusinara pada usia 80 tahun.
Peristiwa Suci Waisak mengajak umat Buddha untuk merenungkan dan menghayati kembali perjuangan hidup Buddha Gotama. Seorang Putera Mahkota Siddharta Gotama yang dibesarkan dengan segala kemewahan di dalam istananya, ternyata rela meninggalkan semuanya itu demi cinta kasihnya kepada semua makhluk. Beliau pergi meninggalkan istana bukan karena terpaksa atau dipaksa, juga bukan karena kepentingan pribadi. Beliau pergi meninggalkan istana dan segala kesenangan duniawi karena dorongan untuk mencari sesuatu yang hakiki. Beliau berjuang dengan gigih dan pantang menyerah dalam upaya mencari jalan yang dapat membebaskan makhluk dari segala bentuk penderitaan.
Setelah lama berjuang dengan mempertaruhkan hidupnya sendiri, dengan terakhir melaksanakan Vipassana Bhavana atau Pengetahuan Pandangan Terang di bawah pohon Bodhi seorang diri, akhirnya Beliau berhasil mencapai Dhamma yang maha luhur itu pada tahun 588 Sebelum Masehi. Kemudian, beliau berkelana beratus-ratus ribu kilometer untuk membabarkan Dhamma kepada semua lapisan masyarakat tanpa memandang kasta. Beliau mengajarkan Dhamma kepada para dewa dan manusia. Beliau mengabdi demi kebahagiaan semua makhluk dengan tanpa mengenal lelah selama empat puluh ;lima tahun. Selama itu pula, Beliau tidur hanya satu jam sehari.
Sesungguhnya, Sang Buddha bukan sekadar Pengajar Dhamma, bukan sekadar pengajar agama, tetapi lebih daripada itu. Sang Buddha tidak hanya mengajarkan jalan menuju kesejahteraan dan kebahagian, tetapi Beliau juga selalu menunjukkan contoh teladan bagi semuanya. Sesungguhnya, Sang Buddha adalah Teladan Agung, Panutan Agung, panutan sejati yang tidak mengharapkan penghargaan dari siapa pun. Ada satu ungkapan yang sangant terkenal yang menggambarkan tentang Beliau, yaitu sebagai berikut :
� Yatha vadi tatha kari, yatha kari tatha vadi�.
Yang berarti : Beliau, Sang Buddha, mengajarkan
apa yang telah dilaksanakan dan melaksanakan apa yang diajarkan.
Hari suci Waisak merupakan hari yang keramat bagi umat Buddha. Hari yang keramat ini pun mengajak umat Buddha untuk menelaah kehidupan masing-masing, untuk senantiasa berpedoman kepada Buddha Dhamma. Sang Buddha memang telah lama mangkat ( tahun 543 Sebelum Masehi ). Namun, hingga kini ajaran Sang Buddha atau Buddha Dhamma tetap abadi. Buddha Dhamma yang dilaksanakan dengan baik akan mencegah manusia dari kemerosotan nilai-nilai moral dan keterjerumusan dalam jurang kebobrokan. Buddha Dhamma tetap merupakan pedoman hidup yang ampuh dalam perjuangan menghadapi dan mengatasi segala tantangan kehidupan.
Tiap-tiap manusia berjuang untuk mencapai puncak tujuan. Dalam perjuangan itulah, manusia menghadapi tantangan-tantangan, persoalan, dan kesulitan. Tantangan kehidupan ini seringkali menggoncangkan semangat manusia. Namun, peristiwa Suci Waisak akan menumbuhkan semangat baru pada umat Buddha dalam perjuangan menghadapi segala tantangan. Oleh sebab itu, janganlah berpaling dari Buddha Dhamma. Sebab, bila umat Buddha telah berpaling dari Buddha Dhamma, maka semua ketegangan, konflik batin, frustasi, malapetaka, dan kejahatan akan timbul.
Sesungguhnya, seribu satu macam penderitaan yang dialami oleh manusia itu merupakan akibat dari perbuatan tidak baik yang telah diperbuatnya. Oleh karena itu, hindarilah kejahatan, kendalikanlah diri terhadap pemuasan hawa nafsu. Pengendalian diri merupakan awal dari semua penghayatan Dhamma. Pengendalian diri merupakan awal dari semua perjuangan umat Buddha, termasuk perjuangan untuk meraih kebahagiaan. Kebahagiaan memang bukan merupakan sesuatu yang mudah diraih, tetapi bukan pula mimpi yang tidak nyata. Kebahagiaan pasti menjadi nyata, kalau umat Buddha mau berjuang ditengah-tengah kehidupan ini.
Pada saat-saat yang keramat ini, sudah seharusnya umat Buddha berterima kasih kepada Guru Besar Buddha Gotama. Sebab, dari Beliaulah, umat Buddha mengenal Dhamma yang menjadi bekal kehidupan ini. Sesungguhnya, apa yang diharapkan oleh Sang Buddha dari para pengikut-Nya bukanlah kepatuhan yang berlebihan, melainkan pelaksanaan Ajaran Beliau atau Buddha Dhamma itu dengan sungguh-sungguh. Sang Buddha pernah mengatakan, �Ia yang terbaik dalam melaksanakan Ajaran Tathaghata, ialah yang paling menghormati Tathaghata.�
Berbahagialah umat Buddha yang sampai saat ini masih dapat menemui Dhamma yang maha luhur itu. Dhamma yang dibabarkan oleh Sang Buddha itu dapat diringkas menjadi tiga kalimat sederhana, tetapi sungguh ampuh dan keramat, yaitu :
1. Janganlah berbuat jahat.
2. Tambahlah kebaikan.
3. Sucikanlah hati dan pikiran.
2. Hari Suci Asadha
Peristiwa suci Asadha merupakan peristiwa yang mempunyai arti yang amat penting, bahkan mempunyai nilai keramat bagi kemanusiaan. Sebab, dengan terjadinya peristiwa Asadha itulah, maka sampai saat ini umat Buddha masih dapat mengenal Buddha Dhamma yang merupakan rahasia hidup dan kehidupan ini; Buddha Dhamma yang indah pada awalnya, indah pada pertengahannya, dan indah pada akhirnya.
Hari suci Asadha memperingati tiga peristiwa penting, yaitu :
1. Khotbah pertama Sang Buddha kepada lima orang pertapa di Taman Rusa Isipatana.
2. Terbentuknya sangha Bhikkhu yang pertama.
3. Lengkapnya Tiratana/Triratna ( Buddha, Dhamma, dan Sangha ).
Tepat dua bulan setelah mencapai Penerangan Sempurna, Sang Buddha membabarkan Dhamma untuk pertama kalinya kepada lima orang pertapa di Taman Rusa Isipatana, pada tahun 588 Sebelum Masehi. Lima orang pertapa, bekas teman berjuang dalam bertapa menyiksa diri di hutan Uruvela merupakan orang-orang yang paling berbahagia, karena mereka mempunyai kesempatan mendengarkan Dhamma untuk pertama kalinya. Mereka yang kemudian disebut Panca Vaggiya Bhikkhu ini adalah Kondanna, Bhaddiya, Vappa, Mahanama, dan Assaji.
Selanjutnya, bersama dengan Panca Vagghiya Bhikkhu tersebut, Sang Buddha membentuk Sangha Bhikkhu yang pertama (tahun 588 Sebelum Masehi ). Dengan terbentuknya Sangha, maka Tiratana (Triratna) menjadi lengkap. Sebelumnya, baru ada Buddha dan Dhamma (yang ditemukan oleh Sang Buddha ).
Tiratana atau Triratna berarti Tiga Mustika, terdiri atas Buddha, Dhamma dan Sangha. Tiratana merupakan pelindung umat Buddha. Setiap umat Buddha berlindung kepada Tiratana dengan memanjatkan paritta Tisarana ( Trisarana ). Umat Buddha berlindung kepada Buddha berarti umat Buddha memilih Sang Buddha sebagai guru dan teladannya. Umat Buddha berlindung kepada Dhamma berarti umat Buddha yakin bahwa Dhamma mengandung kebenaran yang bila dilaksanakan akan mencapai akhir dari dukkha. Umat Buddha berlindung kepada Sangha berarti umat Buddha yakin bahwa Sangha merupakan pewaris dan pengamal Dhamma yang patut dihormati.
Khotbah pertama yang disampaikan oleh Sang Buddha pada hari suci Asadha ini dikenal dengan nama Dhamma Cakka Pavattana Sutta, yang berarti Khotbah Pemutaran Roda Dhamma. Dalam Khotbah tersebut, Sang Buddha mengajarkan mengenai Empat Kesunyataan Mulia ( Cattari Ariya Saccani ) yang menjadi landasan pokok Buddha Dhamma.
Cattari Ariya Saccani atau Empat Kesunyataan Mulia itu terdiri atas :
1. Dukkha Ariyasacca, yang berarti Kesunyataan Mulia tentang adanya dukkha.
2. Dukkha Samudaya Ariyasacca, yang berarti Kesunyataan Mulia tentang sebab dukkha.
3. Dukkha Nirodha Ariyasacca, yang berarti Kesunyataan Mulia tentang lenyapnya dukkha.
4. Dukkha Nirodha Gamini Patipada Ariyasacca, yang berarti Kesunyataan Mulia tentang Jalan untuk melenyapkan dukkha.
Sang Buddha mengajarkan bahwa hidup dalam bentuk apapun adalah dukkha atau penderitaan. Umat Buddha tidak boleh menutup mata pada kebenaran tentang adanya penderitaan yang mencengkeram kehidupan ini. Umat Buddha harus menyadari dan mengakui kenyataan bahwa hidup ini adalah penderitaan. Umat Buddha harus menghadapi penderitaan yang datang padanya dengan tabah.
Selanjutnya, umat Buddha harus berusaha mencabut akar penderitaan itu, agar tidak bertumimbal lahir terus menerus. Sang Buddha mengajarkan bahwa akar atau sebab penderitaan itu adalah tanha atau nafsu-nafsu keinginan rendah yang tidak ada habis-habisnya. Tanha terdiri atas tiga jenis, yaitu :
1. Kama tanha, yang berarti keinginan akan kenikmatan-n-kenikmatan indria.
2. Bhava tanha, yang berarti keinginan akan kelangsungan atau perwujudan.
3. Vibhava tanha, yang berarti keinginan akan pemusnahan.
Hanya dengan terpotongnya sebab penderitaan atau tanha sampai keakar-akarnya, maka kebahagiaan tertinggi dapat dicapai. Hanya dengan dilenyapkanya tanha, maka dukkha juga dapat dilenyapkan. Lenyapnya dukkha berarti tercapainya Nibbana.
Sang Buddha mengajarkan bahwa ada satu jalan untuk membebaskan makhluk dari penderitaan, yaitu Ariya Atthangika Magga (Jalan Mulia Berunsur Delapan). Jalan yang Agung dan Keramat ini hanyalah satu, tetapi terdiri atas delapan unsur yang tidak dapat dipisah-pisahkan satu dari yang lainnya. Jalan Keramat ini dikenal juga sebagai � Jalan Tengah � ( Majjhima Patipada ), karena �Jalan� ini mengindari dan berada di luar cara hidup yang ekstrim, yaitu pemuasan nafsu yang berlebih-lebihan dan penyiksaan diri.
Ariya Atthangika Magga ini terdiri atas :
1. Samma Ditthi, yang berarti Pandangan Benar.
2. Samma Sankappa, yang berarti Pikiran Benar.
3. Samma Vaca, yang berarti Ucapan Benar.
4. Samma Kammanta, yang berarti Perbuatan Benar.
5. Samma Ajiva, yang berarti Penghidupan Benar.
6. Samma Vayama, yang berarti Daya Upaya Benar.
7. Samma Sati, yang berarti Perhatian Benar.
8. Samma Samadhi, yang berarti Konsentrasi Benar.
Ariya Atthangika Magga dapat dibagi atas tiga kelompok, yaitu : sila, samadhi, dan panna. Umat Buddha harus mengembangkan latihan sila, samadhi, dan panna dalam kehidupan sehari-hari. Memang tidak mudah untuk melakukan hal ini. Tetapi juga bukan sesuatu yang tidak mungkin.
Sila berarti prilaku yang baik atau tingkah laku yang luhur. Sila meliputi tiga bagian dari Ariya Atthangika Magga, yaitu : Samma Vaca, Samma Kammanta, dan Samma Ajiva.
Samadhi berarti konsentrasi, yaitu pemusatan pikiran pada satu objek yang baik. Samadhi meliputi tiga bagian dari Ariya Atthangika Magga, yaitu Samma Vayama, Samma Sati, dan Samma Samadhi.
Panna berati kebijaksanaan luhur, yaitu mengetahui antara yang benar dan tidak benar, yang berguna dan tidak berguna. Panna meliputi dua bagian dari Ariya Atthangika Magga, yaitu Samma Ditthi dan Samma Sankhappa.
Sang Buddha telah mewariskan Cattari Ariya Saccani untuk direalisasikan agar dapat melepaskan diri dari siklus kelahiran yang berulang-ulang yang penuh dengan penderitaan ini. Ya�.umat Buddha harus berjuang dengan gigih dalam kehidupan sehari-hari, untuk memperkecil sebab-sebab penderitaan, untuk mencapai kebahagiaan setahap demi setahap. Ingatlah, hanya dengan berjuang sungguh-sungguh dalam Dhamma dan Vinaya, barulah orang dapat diri masing-masing.
Dalam Ratana Sutta bait kesembilan terdapat sabda Sang Buddha sebagai berikut:
� Mereka yang telah menembus Empat Kesunyataan Mulia,
yang dibabarkan dengan jelas oleh Sang Maha Bijaksana,
meskipun belum sempurna,
namun mereka tidak akan mengalami kelahiran yang kedelapan.�
Ini berarti bahwa mereka mencapai tingkat kesucian Sotapanna, yang akan lahir paling banyak tujuh kali lagi.
3. Hari Suci Kathina
Hari Suci Kathina atau Khathina Puja merupakan hari bakti umat Buddha kepada Sangha. Sangha merupakan persaudaraan para bhikkhu / bhikkhuni. Sangha merupakan lapangan untuk menanam jasa yang tiada taranya di alam semesta ini. Sangha merupakan pewaris dan pengamal Buddha Dhamma yang patut dihormati. Dengan adanya Sangha, yang anggotanya menjalankan peraturan-peraturan kebhikkhuan (vinaya) dengan baik. Buddha Dhamma akan berkembang terus di dunia ini. Sangha merupakan pemeliharaan kitab Suci Tipitaka / Tripitaka.
Umat Buddha berterima kasih kepada Sangha dengan menyelenggarakan perayaan Kathina Puja. Umat Buddha berterima kasih kepada para bhikkhu / bhikkhuni yang telah menjalankan masa vassa di daerah mereka, dengan mempersembahkan Kain Kathina (Kathinadussam) yang berwana putih sebagai bahan pembuatan jubah Kathina. Dalam Kitab Mahavagga berbahasa Pali, bagian dari Vinaya Pitaka, Sang Buddha mengatakan kepada para bhikkhu, ketika Beliau berada di Jetavana Arama milik Anathapindhika, dikota Savantthi, sebagai berikut :
� Aku memperolehkan Anda sekalian, oh para bhikkhu,
untuk menerima Kain Kathina
sebagai bahan pembuatan jubah Kathina
jika telah menyelesaikan masa vassa.�
Kain Kathina ini biasanya dipersembahkan oleh umat Buddha kepada lima orang Bhikkhu atau lebih yang bervassa bersama-sama di satu vihara. Jika jumlah bhikkhu yang ber-vasa di vihara itu kurang dari lima orang, maka upacara pemberian Kain Kathina tidak bisa diadakan. Dengan demikian, yang dapat dipersembahkah oleh umat Buddha pada hari suci Kathina itu adalah Dana Kathina (bukan Kain Kathina).
Dana Kathina dapat berupa jubah atau civara (bukan kain putih) dan barang-barang keperluan bhikkhu / bhikkhuni sehari-hari, seperti handuk, sabun, odol, sikat gigi, piasu cukur, obat-obatan, makanan serta perlengkapan vihara. Umat Buddha juga dapat memberikan dana berupa uang yang akan dipergunakan untuk biaya perjalanan bhikkhu / bhikkhuni dan lain-lain dalam mengembangkan Buddha Dhamma. Berdana kepada Sangha ibarat menanam benih di ladang yang subur.
Kathina Puja diselenggarakan selama satu bulan, mulai dari sehari sesudah para bhikkhu / bhikkhuni selesai menjalankan masa vassa. Masa vassa adalah masa musim hujan di daerah kelahiran Sang Buddha. Lamanya masa vassa adalah tiga bulan, yaitu sehari sesudah bulan purnama penuh dibulan Asadha (Juli) sampai dengan sehari sebelum hari Kathina (Oktober). Selama masa vassa, para bhikkhu / bhikkhuni harus berdiam di suatu tempat (vihara) yang telah ditentukan.
Dalam buku �Ordination Procedure� Somdet Phra Vajirananavarorasa mengatakan bahwa beberapa hari sebelum memasuki masa vassa, para bhikkhu dianjurkan untuk membersihkan tempat tinggalnya (vihara). Para bhikkhu yang akan tinggal menetap di satu vihara selama masa vassa harus berkumpul diruang Uposathagara untuk membuat suatu pernyataan bahwa mereka berada dalam batas pekarangan vihara setiap malam selama masa vasa. Adapun kalimat yang harus diucapkan adalah �Imasmim avase imam Temasam vassam upema,� yang berati kita akan tinggal dalam perbatasan vihara ini selama tiga bulan masa musim hujan.
Selama masa vassa, para bhikkhu / bhikkhuni tidak diperkenankan untuk berjalan-jalan keluar jauh dari vihara, kecuali dengan alasan sangat penting dan mendesak. Seorang Bhikkhu hanya diperkenankan meninggalkan vihara, tempat ia ber-vassa dengan ketentuan bahwa dalam jangka waktu tujuh malam harus sudah kembali lagi. Masa vassa seorang bhikkhu dinyatakan sah apabila tidak melanggar batas waktu yang telah ditetapkan itu.
Selama masa vassa, para bhikkhu / bhikkhuni mempunyai tugas untuk membina diri dengan baik. Melalui meditasi dan mempelajari Buddha Dhamma untuk diketahui dan dikhotbahkan kepada orang banyak di dalam kehidupan masyarakat Buddhis. Denagn adanya masa vassa, para bhikkhu / bhikkhuni mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk mengisi dirinya dengan Buddha Dhamma dan untuk meningkatkan batinnya ke arah kesucian. Banyaknya masa vassa yang dijalankan oleh para bhikkhu / bhikkhuni ini menentukan senioritas mereka. Para bhikkhu / bhikkhuni yang telah menjalankan masa vassa sebanyak sepuluh kali sampai dengan sembilan belas kali akan mendapat gelar �Thera�. Para bhikkhu / bhikkhuni yang telah menjalankan masa vassa sebanyak dua puluh kali atau lebih akan mendapat gelar � Mahathera�.
Para bhikkhu / bhikkhuni berusaha meninggalkan kesenangan-kesenangan duniawi untuk menjalankan kehidupan suci. Mereka berusaha mengikis kilesa atau kekotoran batin sampai keakar-akarnya, agar mereka dapat mencapai kebebasan sekarang juga. Mereka berusaha mentaati vinaya atau peraturan kebhikkhuan dengan sebaik-baiknya, agar mereka dapat mencapai akhir dari dukkha atau Nibbana secepatnya.
Para bhikkhu / bhikkhuni hidup amat sederhana. Mereka hanya mempunyai empat kebutuhan pokok, yaitu :
1. Civara atau jubah ; cukup dengan satu model dan satu warna sederhana.
2. Pindapata atau makanan; cukup dua kali atau sekali sehari.
3. Senasana atau tempat tinggal; cukup satu ruangan sederhana, baik diikuti, di gubuk, di gedung, di gua-gua, atau di tempat-tempat lain.
4. Gilanapaccayabhesajja atau obat-obatan.
Perjuangan seorang bhikkhu adalah perjuangan untuk menaklukkan dirinya sendiri. Dengan perjuangan batin itulah, seorang bhikkhu sekaligus menjadi contoh moral bagi kehidupan umat awam. Karenanya, seorang bhiikhu bukan semata-mata pengabdi sosial. Menjadi pengabdi sosial dapat dilaksanakan dengan tidak harus menjadi bhikkhu. Seorang bhikkhu adalah pejuang batin dan contoh moral bagi masyarakat.
4. Hari Suci Magha Puja
Hari suci Magha Puja memperingati empat peristiwa penting, yaitu :
1. Seribu dua ratus lima puluh orang bhikkhu datang berkumpul tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
2. Mereka semuanya telah mencapai tingkat kesucian arahat.
3. Mereka semuanya memiliki enam abhinna.
4. Mereka semua ditasbihkan oleh Sang Buddha dengan ucapan �Ehi Bhikkhu�.
Peristiwa penting ini dinamakan Caturangga-sannipata, yang berarti pertemuan besar para arahat yang diberkahi dengan empat faktor, yaitu seperti tersebut di atas. Peristiwa penting ini terjadi hanya satu kali dalam kehidupan Sang Buddha Gotama, yaitu pada saat purnama penuh di bulan Magha (Februari), tahun 587 Sebelum Masehi ( sembilan bulan setelah Sang Buddha mencapai Bodhi). Pada waktu itu, seribu dua ratus lima puluh orang bhikkhu datang secara serempak pada waktu yang bersamaan, tanpa adanya undangan dan perjanjian sebelumnya ke tempat kediaman Sang Buddha di vihara Veluvana (Veluvanarama, yang berarti hutan pohon bambu) di kota Rajagaha. Mereka datang dengan tujuan untuk memberi hormat kepada Sang Buddha sekembalinya mereka dari tugas menyebarkan Dhamma dan melaporkan hasil penyebaran Dhamma yang telah mereka lakukan tersebut.
Para bhikkhu yang berkumpul pada peristiwa Magha Puja itu telah mencapai tingkat kesucian yang tertinggi, yaitu arahat. Mereka telah berhasil membasmi semua kilesa atau kekotoran batinnya sampai keakar-akarnya, sehingga mereka dikatakan telah khinasava atau bersih dari kekotoran batin. Mereka tidak mungkin lagi berbuat salah. Mereka telah sempurna.
Mereka memiliki abhinna atau kemampuan batin yang lengkap yang berjumlah enam jenis, yaitu :
1. Pubbenivasanussatinana, yang berarti kemampuan untuk mengingat tumimbal lahir yang dahulu..
2. Dibbacakkhunana, yang berarti kemampuan untuk melihat alam-alam halus dan kesanggupan melihat muncul lenyapnya makhluk-makhluk yang bertumimbal lahir sesuai dengan karmanya masing-masing (mata dewa).
3. Asavakkhayanana, yang berarti kemampuan untuk memusnahkan asava atau kekotoran batin.
4. Cetoporiyanana, yang berarti kemampuan untuk membaca pikiran makhluk-makhluk lain.
5. Dibbasotanana, yang berarti kemampuan untuk mendengar suara-suara dari alam apaya, alam manusia, alam dewa, dan alam brahma yang dekat maupun yang jauh.
6. Iddhividhanana, yang berarti kekuatan magis, yang terdiri dari :
a) Adhittana-iddhi, yang berarti kemampuan mengubah tubuh sendiri dari satu menjadi banyak dan dari banyak menjadi satu.
b) Vikubbana-iddhi, yang berarti kemampuan untuk �menyalin rupa �, umpamanya menyalin rupa menjadi anak kecil, raksasa membuat diri menjadi tidak tertampak.
c) Manomaya-iddhi, yang berarti kemampuan mencipta dengan menggunakan pikiran, umpamanya menciptakan harimau, pohon, dewi.
d) Nanavipphara-iddhi, yang berarti pengetahuan menembus ajaran.
e) Samadhivipphara-iddhi, yang berati kemampuan konsentrasi, seperti :
� Kemampuan menembus dinding, tanah, dan gunung.
� Kemampuan menyelam ke dalam bumi bagaikan menyelam kedalam air.
� Kemampuan berjalan diatas air.
� Kemampuan melawan air.
� Kemampuan terbang di angkasa.
Para bhikkhu yang berkumpul pada peristiwa Magha Puja itu semuanya ditahbiskan oleh Sang Buddha dengan cara �Ehi Bhikkhu Upasampada�. Pada saat pentahbiskan itu, Sang Buddha mengucapkan kata-kata sebagai berikut :
� Mari (Ehi) Bhikkhu, Dhamma telah dibabarkan dengan jelas.
Laksanakan penghidupan suci dan singkirkan penderitaan.�
Pada kesempatan agung itu, Sang Buddha menerangkan prinsip-prinsip ajaran yang disebut Ovada Patimokkha. Isi dari Ovada Patimokkha itu sama dengan syair yang tercantum dalam kitab suci Dhammapada bab XIV ayat 183, 184, dan 185 yaitu sebagai berikut :
Janganlah berbuat kejahatan,
Perbanyaklah perbuatan baik,
Sucikan hati dan pikiran,
Inilah ajaran para Buddha.
Kesabaran adalah praktik bertapa yang paling tinggi.
� Nibbana adalah yang tertinggi,� begitulah sabda para Buddha.
Dia yang masih menyakiti orang lain,
Sesungguhnya bukanlah seorang pertapa (samana).
Tidak menghina, tidak menyakiti,
Mengendalikan diri sesuai dengan peraturan,
Makanlah secukupnya,
Hidup di tempat yang sunyi,
Dan giat mengembangkan batin nan luhur,
Inilah ajaran para Buddha.
Pada peristiwa Suci Magha Puja itu, Sang Buddha juga memberitahukan pengangkatan Arahat Sariputta dan Arahat Moggallana sebagai siswa Utama Beliau (Aggasavaka) dalam Sangha Bhikkhu.
Daftar Pustaka :
http://id.wikipedia.org/wiki/Waisak
http://waisak-sejarah-indonesia-24-05-2013.blogspot.com/2013/05/sejarah-waisak-dan-makna-hari-suci.html
http://indonesiaindonesia.com/f/37011-makna-hari-hari-suci-agama-buddha/
https://diajengwitri.id/2015/06/02/nulis-random2015-hari-ii/Uncategorized2 JUNI 2015 Hari Raya WAISAK 2559 Hari ini, tanggal 2 Juni 2015 dalah Hari raya WAISAK. Saya, sebagai Muslim, ‘maaf’ tidak mengucakan ‘selamat’ bagi yang merayakannya, padahal Kakek saya dulu beragam Budha dan Alhamdullilah, sekarang sudah Muslim J Saya punya alasan khusus kenapa tidak mengucapkan ‘selamat’ bagi yang merayakannya. J Meski...Witri Prasetyo AjiWitri Prasetyo Ajiwiti_nduz@yahoo.co.idAdministratorHappy Wife || Happy Mom || Author || Blogger || Ka. TU dan OPS SMP Islam Sudirman Ampeldiajengwitri.id - Lifestyle Blogger
Tinggalkan Balasan