Site icon diajengwitri.id – Lifestyle Blogger

CINTA, ANTARA RANGGA DAN TRIAN

CINTA, ANTARA RANGGA DAN TRIAN

 

CINTA, ANTARA RANGGA DAN TRIAN. Setelah kemarin saya menulis tentang review film AADC 2 dan lumayan spoiler, sekarang saya mau bercerita soal Rangga dan Trian, serta mengandaikan diri ini misalnya saya adalah Cinta *eciyee langsung ditabokin fansnya Cinta. Yup, tentunya setelah saya blogwalking dan membaca cerita teman-teman dari sisi Trian yang bikin saya ngakak sampai baper. Setiap orang tentunya mempunyai penilaiannya sendiri.

Baca : AADC2 Cinta Lama Belum Kelar

Hmm, seandainya kisah cinta AADC 2 itu ada dalam dunia nyata, apakah endingnya Cinta juga akan bersama Rangga sang legendaris dan meninggalkan Trian yang mapan dari lahir itu? Kalau menurut saya sih tergantung. Tergantung orang yang menjalaninya, lebih berat pada cinta atau logika.

Yup, maksud saya begini, memilih Rangga artinya memilih cinta. Cinta masa SMA yang konon katanya bikin sulit move on. Cinta masa SMA yang banyak meninggalkan sejarah, bahkan setelah 14 tahun berlalu perasaaan itu masih saja sama. Kalau saya ditanya mengalaminya atau tidak, kalau saya masih mencintai masa lalu saya berarti tiada pernikahan antara saya dan suami. Jadi, intinya saya sudah mampu move on dari cinta SMA. Lupa sih tidak, berharap juga tidak.

Sementara memilih Trian, kita berfikir secara logika. Ya, buat apa sih mengharap cinta masa lalu yang sering disebut cinta monyet itu? Toh dia juga sudah ninggalin dan enggak ada kabar hampir 10 tahun. Memangnya mau seumur hidup menjomblo demi kata ‘cinta dan setia’? secara, di hadapan kita ada lelaki mapan yang menjamin masa depan.

Etapi ya, berbicara soal hati dan kemapanan, soal cinta dan logika itu gampang-gampang sulit. Jangan sampai deh, ambil keputusannya ngasal dan bikin menyesal di belakangan. Ini hidup, sekali melangkah akan sulit mundur. Mungkin saat masih lajang, cinta bisa jadi segalanya. Tapi saat berumah tangga dan sudah punya keturunan, kemapanan itu penting.

Lantas bagaimana?

Seandainya saya jadi sutradara AADC 2 atau penulis ceritanya, ‘mungkin’ saya juga akan menyuguhkan ending yang sama, yaitu Rangga bersatu dengan Cinta. Tapi tentunya dengan jalan cerita yang berbeda. Semisal saya bakalan menghadirkan sosok Trian yang lebih ganteng gitu? Hmm, seperti Christian Sugiono atau Leonardo de Caprico. Huaaa… Atau kalau enggak ya, saya bakalan menyuguhkan karakter Trian yang ‘sedikit’ lebih buruk gitu. Misal Trian itu suka kasar sama Cinta atau suka selingkuh. Jadi, biar ada alasannya yang lebih kalau Cinta akhirnya memilih Rangga. Kalau seperti yang AADC 2 itu, rasanya kok ya terlalu kejam gitu. Trian itu pekerja keras demi masa depan, kayaknya juga enggak selingkuh (soalnya Trian hadir di awal dan akhir cerita saja). Duh, kan kasihan banget Triannya. Seolah menjadi korban keegoisan cinta Rangga dan Cinta gitu.

Jika saya adalah Cinta…

Saya enggak tahu harus memilih siapa di antara Rangga dan Trian. Tapi, jika melihat dari segi fisik saja, sudah pasti saya langsung memilih Rangga. Secara ya, saya enggak suka sama cowok berewokan. Namun saya akan berpikir ulang, jika yang jadi Trian itu Christian Sugiono, wkwkwkw *ditimpuk Titi Kamal.

Baca : Menikah Karena Cinta atau Menikah Karena Usia

Oke, lupakan soal fisik. Sekarang, soal hati.

Teman sekantor pernah bilang ke saya, yang namanya cinta SMA itu memang terkenang sampai tua. Sulit banget dilupakan. Iya enggaknya, sepertinya memang iya. Saya sendiri merasakannya kok, memang sekarang sudah berkeluarga, tapi bayangan cinta SMA itu kadang bikin saya tertawa konyol mengingat kepolosan masa lalu.

Apalagi tuh ya, si Rangga pinter banget merangkai kata. Puitis gitu, romantis kan? Saya suka, saya suka. Selain itu, jalan pemikiran yang hampir sama, menyukai dunia yang sama itu membuat hubungan semakin menyenangkan serta tentunya mengasyikkan. Ngobrol juga nyambung, jalan juga enak karena satu dunia. Iya, enggak?

Sementara Trian? Oke, dia mapan. Menjanjikan masa depan yang cerah. Penghasilannya tidak hanya cukup mencukupi hidup, bahkan mampu mencukupi gaya hidup. Tapi kalau jalan pikiran berbeda, bahkan waktu saja enggak punya dan Cuma fokus pada kerjaan? Hello, kami kaum hawa enggak Cuma butuh duit doang keles, kami juga butuh perhatian dan kebersamaan.

Tapi lagi-lagi soal hati. Rangga itu udah jahat, ninggalin gitu aja tanpa kabar, tanpa kejelasan. Sementara Trian? Dia itu ada disaat Cinta terluka. Membawa Cinta lari dari jurang kepedihan. Rasanya kan jahat kalau Trian ditinggalin gitu ajah. Lah kalau dari awal memang masih mengharapkan Rangga, kenapa menerima Trian? Dan bagian ini yang membuat saya baper dan enggak suka sama Cinta. Tapi lagi-lagi soal hati, cinta enggak bisa dipaksa. Iya, saya ngerti kok cinta itu enggak bisa dipaksa, tapi kenapa to dulu menerima lamaran Trian kalaupun hati belum sepenuhnya bisa move on?

Sebenarnya, saya setuju loh sama sikap Cinta yang enggak mau ketemu sama Rangga. Buat apa coba? Semua mah selesai ya selesai ajah. Enggak perlu diungkit-ungkit gitu. Lah dari pada ketemu sama Rangga tapi bikin kita jadi penghianat?

Ah, kembali lagi. Seandainya saya menjadi Cinta. Sebelum hati saya sepenuhnya benar-benar ikhlas melepaskan Rangga, saya enggak akan pernah menerima lamaran siapapun termasuk Trian. Soal usia? Jika memang usia terus saja menuntut, saya akan menerima lamaran Trian dan sepenuhnya membakar semua kenangan bersama Rangga hingga setitik harapan untuk bersama Rangga kembali sudah pupus. Dan saya juga tidak akan pernah mau berjumpa dengan Rangga, kalaupun memang harus berjumpa, saya akan mengajak Trian. Iya, mengajak Trian dan menegaskan ke Rangga bahwa semua sudah usai dan tiada yang harus dibicarakan kembali. Saya juga tidak akan butuh alasan kenapa dulu Rangga meninggalkan saya, sudah basi…

Seandainya saya adalah Rangga…

Mempertanyakan cintanya kembali? Terlalu konyol mungkin. Bagi saya, Rangga di masa lalu terlalu cemen menghadapi kenyataan. Iya, semua karena materi. Sayapun pernah kok ditinggalkan cowok dengan alasan yang hampir sama dengan Rangga. Dia merasa tak mampu membuat saya bahagia tatkala melihat keluarga saya dan kehidupan saya. Cuma bedanya, dia meninggalkan saya dengan cara yang sedikit lebih menyakitkan. Dia mendekati sahabat saya dan beralasan selingkuh agar saya sakit hati dan mungkin lebih mudah melepaskannya.

Tapi kalau sudah dilepas, kenapa kembali dikejar? Saya tahu, naluri mencintai pasti ingin memiliki. Bohong banget dengan kata-kata : Aku bahagia melihat kamu bahagia meski bersama dengan dia.  Prettt. Bulshit! Itu Cuma kata-kata omong kosong penghibur hati saja. Mana bisa to, kita mencintai seseorang tapi enggak pengen memiliki. Mana ada to, kita mencintai seseorang dan bisa ikhlas gitu saja melihat dia sama yang lain?

Dan seandainya saya menjadi Rangga,  saya ingin bertemu dengan Cinta. Iya, saya membenarkan sikap Rangga yang pandai mengambil hati Cinta kembali. Mengajak Cinta jalan berdua sehari semalam. Tapi tahu enggak, apa yang Rangga lakuin itu JAHAT! Rangga enggak hanya jahat lantaran ninggalin Cinta tanpa kejelasan di masa lalu, tapi Rangga juga jahat sama Trian. Cinta itu sekarang milik Trian, kenapa direbut kembali? Toh Rangga sudah membuang Cinta, kan? Rangga itu egois!

Ah, dalam posisi Rangga saya memang belum pernah merasakannya. Kalaupun sewaktu lajang saya belum mampu move on sama cinta SMA saya, tapi sedikitpun tak ada niat untuk merebutnya dari pacar dia. Masa lalu, selamanya akan menjadi masa lalu dan tak akan terulang kembali.

So, seandainya saya benar adalah Rangga, saya cukup mencari tahu tentang Cinta. Jika dia masih dalam kesendirian, saya akan merengkuhnya kembali. Namun jika dia sudah ada yang memiliki, saya tidak akan hadir dalam hidup dia kembali.

Jika saya adalah Trian…

Mungkin posisi Trian hampir sama dengan apa yang saya rasakan saat ini. Bedanya, posisi menjadi yang ketiga dan datang di masa depan, saya seperti Tina di film Kuch-kuch Ho Ta Hai atau Luna di film Heart. Iya, saya dicintai oleh dia yang terbuang tapi masih ada sisa di masa lalu dan entahlah, benarkah itu cinta atau sekedar pelampiasan.

Lupakan… Mari memposisikan diri sebagai Trian saja. Terluka dan kecewa itu pasti. Merasa dihianati itu jelas. Tapi saya sadar, cinta tak bisa dipaksakan. Menyerahkan Cinta kembali pada Rangga adalah satu keputusan yang tepat seandainya saya menjadi Trian. Untuk apa memiliki Cinta kalau hatinya selalu berharap pada Rangga, apa itu malah tidak menyakitkan?

Saya yakin kok, banyak cewek-cewek yang antri ingin meraih Trian. Secara Trian itu hadir dalam satu paket sempurna yang menjanjikan masa depan. Hanya saja ya itu, jambangmu itu loh Mas Trian, yang bikin saya geli dan enggak ‘ngeh’. Hehehe.

Jadi, kesimpulannya…

Namanya juga AADC 2: Cinta Lama Belum Kelar ya dikelarin dulu dong. Kejam, jahat, memang iya. Cinta bersatu di atas luka seseorang. Apakah itu salah? Mungkin! Tapi saya tidak bisa bilang kalau rasa itu salah, karena bicara soal cinta itu bicara soal hati. Rasa itu tidak bisa dipaksakan. Ibarat gula yang terasa manis tak akan mampu menjadi garam yang asin, begitupun sebaliknya. Seperti rasa mencintai yang sulit menjadi benci dan sebaliknya. Mana ada gula terasa asin? Dan mana bisa tidak cinta lantas memaksakan untuk mencintai? Kalaupun bisa mencintai, rasa itu hadir secara alami tanpa paksaan. Kalau ada paksaan, bukan cinta namanya namun adalah sebuah keterpaksaan.

Dan kesimpulannya, cinta di masa lalu itu memang pengganggu. So, buat kamu yang belum mampu move on, plis jangan ngasih harapan buat dia yang hadir ingin memilikimu saat ini. Tapi jika memang sudah mampu move on, plis enggak perlu mengungkit cerita yang lalu. Biarkan semuanya cukup menjadi sejarah. Karena cinta pada hakekatnya tak sekejam itu.

Comments

comments