MENJADI IBU IDAMAN BUAH HATI, ALA MAMAH MUDA

 

MENJADI IBU IDAMAN BUAH HATI, ALA MAMAH MUDA. Pernahkah terbyangkan, mempunyai ibu seperti ibunya si X, si Y, bahkan si Z? Atau pernahkah terpikirkan, kelak jika aku menjadi seorang ibu, aku ingin seperti ibu itu, atau ibu ini? Jujur, dalam benak saya, saya pernah memikirkannya. Saya pernah berangan, mbok mamaku seperti mamanya dia. Bahkan saya juga pernah berpikir, aku ingin seperti ibu itu, biar nanti anak aku senang. Dan bla… bla…

Tapi itu semua dulu. Iya, dulu sebelum saya menikah dan punya anak. Kalau sekarang? Buat saya, ibu saya adalah ibu terbaik. Ibu yang mengandung, melahirkan dan mendidik saya hingga saya seperti saat ini. Ibu yang bisa menjadi tempat saya bermanja sekaligus menjadi teman setia mencurahkan isi hati. Meski saya tidak bisa berdusta, sempat dan pernah berbeda pendapat antara saya dan ibu, pernah pula bertengkar. Tapi bagaimanapun keadaan itu, beda pendapat hingga pertengkaran terjalin, ibu tetaplah tempat yang selalu saya cari dan tempat saya kembali dalam pelarian atas rasa kesal.


Lantas, sudahkah saya menjadi ibu yang baik?


Definisi ibu yang baik itu relatif. Tergantung pribadi masing-masing. Bahkan dulu saya sempat berfikir, ibu yang baik itu yang melahirkan secara normal, memberi ASI ekskluif, MPASI-nya homemade, fulltime mom dan tidak bekerja di luar. Pokoknya, ibu yang baik itu yang Cuma dan hanya mengabdikan diri pada keluarga serta cukup menggadaikan ijazahnya pada suami.

Tapi itu dulu, ya. Sebelum saya menemukan quote di bawah ini :

Dan jika melihat definisi ibu yang baik versi saya dulu, jelas sekali saya ini bukan ibu yang baik. Kenapa? Saya melahirkan anak saya secara SC, saya memberikan anak saya ASI campur sufor, MPASI-nya anak saya bukan homemade dan saya bukan fulltime mom melainkan working mom. Bahkan saya menitipkan anak saya ke ibu saya tatkala saya bekerja.


Lantas, salahkah?


Menjadi ibu yang baik atau tidak itu pilihan. Kita tidak bisa mengatakan ibu yang melahirkan SC itu bukan ibu yang baik. Kenapa? Keadaan seorang individu satu dengan yang lain itu berbeda. Seperti saya misalnya, saya melahirkan anak saya secara SC karena vonis dokter, panggul saya sempit. Kalau panggul sempit, apa ya harus dipaksa lahiran normal? Ada juga kasus lain, ibu yang melahirkan secara SC karena air ketuban sudah habis atau posisi anak sungsang, apa ya harus ditunggu sampai bisa lahiran normal?

Menurut saya, lahiran SC itu menurut kondisi ibu dan bayi. Jika memang harus SC, kenapa tidak? Yang penting ibu dan bayi selamat. Karena bagi saya, ibu yang baik bukanlah ibu yang harus melahirkan normal, melainkan seorang ibu yang memilih yang terbaik untuk anaknya. Jangan dikira melahirkan SC itu tidak sakit, tidak butuh perjuangan. SC itu sakit dan pemulihannya lebih lama.

Sementara ibu yang memberi ASI plus sufor atau bahkan sufor saja, apakah ibu itu bukan ibu yang baik? Kembali ke penjelasan di atas, kondisi setiap individu itu sendiri-sendiri dan kita tidak bisa menyamaratakan. Ada loh seorang ibu yang ASI-nya sedikit bahkan ada yang ASI-nya sama sekali tidak keluar (teman saya mengalaminya).

Begitupun ibu yang memberi anaknya MPASI buatan pabrik sampai ibu yang bekerja. Semua itu adalah pilihan. Dan bagi saya, ibu yang baik itu adalah ibu memberikan yang terbaik untuk anaknya. Bukan memaksakan kehendak yang tidak sesuai kenyataan, melainkan yang memberikan suatu hal yang terbaik atas kenyataan yang ada.

Menjadi ibu yang baik, bagi saya tidaklah mudah. Berusaha selalu tampil baik dalam suatu kondisi dan bahkan terkadang harus menekan keegoisan.

Bagi saya pribadi. Menjadi ibu yang baik itu adalah keadaan di mana saya bisa merawat dan membesarkan anak saya menjadi diri sendiri dan bertindak yang terbaik sesuai dengan keadaan saya. Selalu berusaha menjadi ibu yang diidamkan anak agar kelak anak selalu rindu dan mencari saya serta tidak menginginkan ibu yang lain.

Akan tetapi, bagi saya seorang perempuan juga harus cerdas. Bukan cerdas di mana nilai akademik sewaktu sekolah itu nilainya bagus atau bahkan berpendidikan tinggi, tetapi cerdas yang saya maksud adalah mampu memilih suatu yang yang terbaik pada kondisinya serta selalu dan selalu mau belajar dan belajar.


Menjadi ibu cerdas ala mamah muda :


  1. Tidak mudak berpuas diri, belajar belajar dan belajar

Setinggi apapun pendidikan seorang perempuan, perempuan adalah guru utama seorang anak. Bukan hanya yang mengandung dan melahirkan, tapi juga merawat. So, jadi perempuan harus cerdas dan selalu mau belajar. Belajar juga tidak harus di sekolah, tapi bisa dari mana saja.

 

Ilmu yang dipelajari juga bukan hanya ilmu mata pelajaran sekolah, tapi juga ilmu kehidupan serta ilmu agama yang paling utama.

  1. Mengikuti perkembangan zaman

Jadi perempuan cerdas itu yang bisa mengikuti perkembangan zaman. Jangan kuno.  Apalagi sekarang itu era digital, jangan sampai jadi perempuan yang merem teknologi, perempuan harus melek teknologi

  1. Bisa bergaul

Bergaul itu adalah satu hal yang wajib, perempuan harus bisa bergaul dengan baik dengan lingkungan sekitarnya maupun lingkungan baru.

 

Sudah baik, cerdas pula. Apalagi bisa menjadi dambaan anak-anak. sudah pasti akan sangat menyenangkan sekali. lantas, bagaimana caranya menjadi ibu idaman bagi anak-anak?


Ibu idaman ala mamah muda…


Saya mempunyai beberapa kriteria menjadi ibu idaman. Ini menurut pengalaman saya menjadi seorang anak sekaligus impian saya menjadi seorang ibu loh, ya?

1. Mengajari anak bersikap lemah lembut penuh kasih sayang, sopan dan pemberani
Karena anak saya lelaki, pemberani itu adalah suatu sikap yang harus dimilikinya. Agar kelak, anak saya tidak menjadi lelaki yang penakut. Akan tetapi, di balik sikap beraninya, dia tetap menjadi sosok yang lemah lembut dan penuh kasih sayang, serta memiliki sikap sopan santun.

2. Tidak membentak, memarahi apalagi membandingkan anak dengan anak lain
Membentak dan memarahi anak itu bukanlah suatu tindakan yang baik. Saya tahu, seorang anak itu terkadang menjengkelkan, apalagi kalau sudah nakal tingkat tinggi atau punya keinginan yang harus dituruti. Tapi membentak dan memarahinya itu bukan suatu alternatif. Karena membentak dan memarahi hanya akan menjadikan anak bertambah marah. alangkah lebih baik jika kita menasehatinya secara sabar, berbicara secara lembut dari hati ke hati.

Lantas membandingkan dengan anak lain? Setiap anak terlahir dengan sikap dan talenta yang berbeda. Bukan hal yang baik jika kita sebagai orang tua justeru membandingkannya dengan anak lain. Alangkah lebih baik, jika kita selalu bangga atas prestasinya dan selalu mensupportnya dikala dia terjatuh.

3. Tidak selalu menuruti keinginan anak
Menuruti setiap keinginan anak itu juga bukan hal yang baik. Karena itu hanya akan memanjakannya. Ada kalanya permintaannya langsung dituruti, ada kalanya juga permintaannya dituruti dengan syarat (misal ingin beli itu tapi dibelikan kalau dia bisa rangking satu) dan ada kalanya juga permintaannya sma sekali tidak kita turuti.

4. Menjadi pendengar yang baik ketika anak berkeluh kesah
Kalau anak punya keluhan, lebih baik didengarkan. Jangan sampai dia merasakan terabaikan apalagi malah memilih curht kepada orang lain.

5. Our time bersama anak
Our time ini adalah suatu hal wajib bagi saya yang juga bekerja. Hari libur dan waktu sepulang kerja adalah milik anak. Jangan sampai anak merasa terabaikan dan tidak dekat dengan orang tuanya. Tidak ada salahnya selalu meluangkan waktu untuk anak, seperti : bermain berdua bersama anak, mengajaknya jalan-jalan atau berbelanja.

5 hal di atas adalah hal-hal yang saya lakukan agar saya bisa menjadi ibu idaman bagi anak saya. Berusaha sabar menghadapi anak, berusaha memberikan yang terbaik.

Nah, di atas adalah definisi ibu yang baik ala saya sekaligus hal-hal agar saya bisa menjadi ibu idaman. Kalau definisi ibu yang baik dan hal-hal agar menjadi ibu idaman ala ibu-ibu di luar apa? Yuk berbagi cerita…

Rewrite from : http://indoblognet.com/menjadi-ibu-idaman-buah-hati-ala-mamah-muda/ 

Witri Prasetyo AjiCompetitionMENJADI IBU IDAMAN BUAH HATI, ALA MAMAH MUDA   MENJADI IBU IDAMAN BUAH HATI, ALA MAMAH MUDA. Pernahkah terbyangkan, mempunyai ibu seperti ibunya si X, si Y, bahkan si Z? Atau pernahkah terpikirkan, kelak jika aku menjadi seorang ibu, aku ingin seperti ibu itu, atau ibu ini? Jujur, dalam benak saya,...

Comments

comments