WAWANCARA PART II : BEHIND THE SCENE NOVEL KASTA

Kemarin pagi (lagi) dicolekin di DM IG soal KASTA. Happy banget. Makasih ya @ntan69 yang sudah menjadikan KASTA sebagai tugas akhirnya. Semoga lulus dengan IP yang memuaskan. Aamiin.

Oh ya, untuk pertanyaan yang @ntan69 ajukan, untuk no 1 sampai 3 mungkin sudah ada di link-link di bawah ini yah, jadi di postingan kali ini aku mau nyeritain soal asal usul KASTA, dapat ide dari mana, kenapa KASTA. Okey…

Baca : Wawacara Part I 

Novel KASTA ini dahulunya adalah novel yang aku tulis untuk ikutan lomba penulis. Salah satu penerit di Jogja kalau enggak salah, mengadakan sayembara menulis novel di mana temanya itu adalah kebudayaan suatu daerah. Aku lupa, jadi aku ikutin lomba enggak, tapi aku ingat banget kalau KASTA sebelum berjodoh dengan BIP (Bhuana Sastra) sempat ditolak beberapa penerbit.

Kenapa aku kepikiran KASTA?
Sebenarnya sich aku pengen banget nulis tentang uang panaik. Sampai ada yang gagal nikah karena uang panaik. Aku mudheng uang panaik ini bukan karena sosmed, tapi berawal dari curhatan temen kampus. Etapi… ketika aku mencari referensi di internet, aku kurang yakin dan takut dengan pembahasan yang menurutku sensitif.

Aku kembali mikir, pengen nulis juga tentang kisah cinta seorang keturunan keraton Jogja atau Solo gitu dengan orang biasa. Tapi kok, ini kayaknya sering dijadiin tema FTV.

Zaman itu dan zaman sebelumnya, aku tuh hobi banget nonton FTV. Sampai jam 2 pagipun aku jabanin. Apalagi kalau settingnya itu di luar Jakarta, kayak di Bali, Jogja, Solo, Wonosobo, duh… itu adalah nilai plus tersendiri yang ngebuat aku rela begadang demi FTV.

Akhirnya… akupun ngambil tema KASTA.

Enggak tahu kenapa. Tapi yang jelas, aku banyak banget dapat referensi dari internet soal KASTA. Aku mempelajari bahasa Bali dikit-dikit, mempelajari tempat-tempat di sana, bahkan nama-nama yang ternyata mengandung kastanya tersendiri.

Noted…

Soal jalan ceritanya, mungkin perbedaan kasta ini hampir mirip kok dengan cerita di Jawa, cerita cinta keturunan ningkrat dengan orang biasa ataupun kisah cinta dua anak manusia yang berbeda kekayaan. Cuma bedanya, di KASTA aku mengemasnya dengan nuansa Bali.

Terlebih itu khayalan ataupun terinspirasi dari kisah nyata, aku jawab di antaranya.

Aku memang asli keturunan Jawa. Sama sekali enggak ada darah Balinya.tapi soal cinta yang dihianati, aku memang pernah benar ngerasain. Untuk kisah ini, detailnya bisa baca novel pertamaku, LOVE IS FRIENDSHIP.

Untuk kisah cinta terlarang, aku juga benar ngerasain. Enggak beda kasta sich, tapi kami beda status sosial. Aku juga ngerasain gimana hubungan kami enggak direstui.

Pun soal dijodohin dengan orang yang status sosialnya sama dan lelaki itu menyombongkan harta orang tuanya, itu benar-benar ‘pernah’ terjadi dalam hidup aku. Di mana lelaki itu maksa aku buat jadi isterinya, tapi di belakang aku ada perempuan yang tengah mengandung anaknya, dan perempuan itu dari orang kurang mampu, itu beneran nyata. Cuma bedanya, tidak ada pernikahan di dunia nyata. Aku bukan sosok Rani yang pasrah karena aku memilih bertahan dengan pendirianku. Dan akhirnya… aku bertemu dengan sosok yang saat ini menjadi suamiku. In syaa Allah, kelak akan kutuliskan jalan ceritanya tersendiri.

Sementara untuk sosok Sari, seorang gadis dari kasta biasa, itu bukan aku banget. Tapi… aku punya teman dengan pengalaman seperti itu.




Aku tak bisa menyalahkan, ketika gaya hidup dan penampilan menjadi satu nilai tersendiri bagi mereka. Mereka akhirnya mencari kesenangannya tersendiri. Aku sama sekali tak mampu menyalahkannya…

Seorang teman dari keluarga kurang mampu, terjerumus pada gaya hidup hedon. Akhirnya melacurkan diri menjadi pilihan yang dianggapnya benar. Yasudahlah… toh kita hanya mampu menasehati tanpa berhak menghakimi.

Jadi, ketika ada yang bertanya soal darimana kudapatkan ide soal kasta? Berawal dari lomba, kujadikan pengalaman diri dan bumbu-bumbu fiksi hingga akhirnya, KASTA benar-benar lahir.

Witri Prasetyo AjiBookInformation(adsbygoogle = window.adsbygoogle || ).push({}); Aku tak bisa menyalahkan, ketika gaya hidup dan penampilan menjadi satu nilai tersendiri bagi mereka. Mereka akhirnya mencari kesenangannya tersendiri. Aku sama sekali tak mampu menyalahkannya... Seorang teman dari keluarga kurang mampu, terjerumus pada gaya hidup hedon. Akhirnya melacurkan diri menjadi pilihan yang dianggapnya benar. Yasudahlah......

Comments

comments