#ROKOKHARUSMAHAL DAN JAUHKAN KELOMPOK RENTAN ROKOK DARI ROKOK
#ROKOKHARUSMAHAL DAN JAUHKAN KELOMPOK RENTAN ROKOK DARI ROKOK
Sebagai seorang ibu dan tenaga kependidikan, saya adalah seseorang yang sangat mendukung gerakan sosial #RokokHarusMahal. Meskipun mau berapapun harga rokok tidak berpengaruh pada kelangsungan hidup keluarga saya—karena suami bukan perokok—tapi saya yakin, jika harga rokok naik, maka akan berpengaruh pada kelangsungan hidup anak didik saya dan beberapa kelompok yang rentan rokok.
Sedikit pengertian, kelompok rentan rokok yaitu kelompok yang mungkin kita bisa bilang, yang pertama kalau dari aspek kesehatan, yang disebut rentan itu adalah bayi, balita, kemudian ibu hamil, kemudian ibu menyusui, dan menderita penyakit juga yang pertama. Tapi dalam kelompok rentan yang paling luas lagi adalah kelompok yang miskin, yaitu yang berpendapatan pada kuintil 1 dan kuintil 2, yang mana jumlahnya pada hasil survei BPS yang baru saja diumumkan itu sekitar 9,7 %, itulah kelompok rentan yang perlu kita lindungi. Dan juga kelompok marginal lain yaitu yang tinggal di daerah-daerah yang memang sulit dan terpencil, itulah daerah yang banyak kelompok rentannya. Nah, saya punya hlo anak balita yang masuk ke dalam golongan kelompok rentan rokok. Dan, sering sekali saya temui, tetangga atau saudara yang merokok di dekat anak saya. Hiks… Sedih. Terkadang ingin menegurnya, tapi terkadang kok tidak tega lantaran ybs orang tua.
Bukan itu saja sih, salah satu kelompok rentan rokok adalah orang miskin. Nah, kelompok orang miskin tapi doyan banget merokok ini membuat keprihatinan tersendiri di hati saya. Bagaimana tidak? Banyak hlo keluarga yang buat makan saja susah, tapi punya uang malah dibuat untuk membeli rokok. Duh… di situ terkadang ingin menghakimi, tapi itu bukan hak saya.
Pernah juga ada kejadian, pelajar dari keluarga tidak mampu, diberi uang saku oleh kedua orang tuanya, bukannya buat beli jajan malah buat beli rokok. #tambahmirislagi
Padahal, orang tua sudah susah mencari uang buat anaknya. Eh, anaknya masih di bawah umur malah sudah merokok.
Seperti yang kita ketahui, memangnya apa manfaatnya merokok? Menimbun penyakit iya! Merugikan diri sendiri dan orang sekitar sih iya! Makanya, jika #RokokHarusMahal yang bea cukai masuknya plus harnya mahal, Insya Allah secara tidak langsung telah menjauhkan kelompok rentan rokok dari rokok. Dan ketika akan membeli rokok, bakalan pada mikir lagi.
Mengapa kelompok rentan rokok harus dijauhkan dari rokok?
Sebenarnya sih ya, yang jauh dari rokok bukan hanya kelompok rentan rokok saja, tapi ya kitapun harus menjauhi rokok dan orang yang tengah merokok. Akan tetapi, data BPS itu secara konsisten menunjukan bahwa ternyata pengeluaran dari kelompok penduduk miskin untuk rokok itu besar sekali. Jadi artinya, jika keluarga itu dikategorikan miskin maka dia mengeluarkan uang yang banyak sekali untuk membeli rokoknya. Itu konsisten dari sejak tahu 2004, sampai yang terbaru tahun 2018.
Mirisnya, pengeluaran besar setelah membeli beras adalah rokok. sementara pengeluaran keluarga lainnya, seperti untuk kesehatan, ataukah untuk pendidikan, untuk pengeluaran yang lainnya masih kurang diperhatikan. Padahal kan ya, pendidikan dan kesehatan adalah dua hal yang menjadi aset untuk masa depan.
Bahkan berdasarkan data yang ada dari Susenas sampai sekarang itu, untuk membeli beras itu pengeluarannya sekitar 22%, dan rokok itu sekitar 12-17%. Setelah itu baru pendidikan sekitar 3%, kemudian untuk kesehatan sekitar 3%. Jadi artinya ibu-ibu atau keluarga itu membelanjakan lebih banyak rokoknya daripada memberikan makanan yang lebih baik kepada bayi-bayinya atau balitanya, maupun untuk pendidikan anak-anaknya itu.
Buat makan susah? Buat urusan pendidikan maupun kesehatan? Masa bodoh! Ya seperti itulah.
Sedih hlo melihat kelompok rentan rokok ini mengeluarkan banyak pengeluaran untuk membeli rokok. Terus kalau ingat bahwa orang terkaya di Indonesia, itu adalah pemilik industri rokok, jadi ini seperti kalau yang disayangkan itu anak-anak merokok, orang miskin merokok, uangnya itu mengalir ke orang terkaya di Indonesia. Hiks… hiks… bagaimana generasi kita selanjutnya?
Akan tetapi, saya yakin, jika harga rokok mahal dan rokok sulit sekali ditemukan, kelompok rentan rokok ini akan terlindungi dari rokok. Terus terang saja kalau harga rokok di negara kita itu sangat rendah sekali jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Sehingga untuk bisa membeli rokok itu, apalagi rokok itu bisa dijual dalam bentuk bungkusan, dan bisa juga ketengan. Nah, itu yang ketengan atau batangan itu yang anak-anak di usia sekolah dengan mudah sekali bisa mendapatkan rokok yang dari ketengan tersebut. Dan kalau menurut survei itu bahwa setiap hari itu rata-rata penduduk miskin itu mengkonsumsi 11 batang rokok per hari.
Jika kita memang ingin mengurangi rokok secara cukup berhasil, dan ini juga sudah dilakukan oleh di berbagai negara, diawali dengan meningkatkan 10% dari harga rokok. Karena itu akan menekan jumlah perokok itu sekitar 16% itu. Itu artinya kalau misalnya kita ingin menurunkan jumlah atau presentase merokok itu, salah satu opsinya adalah kita naikan saja harga rokoknya, dan setiap kenaikan 10% dari harga rokok itu, akan turun sekitar 16% perokok.
Pada berbagai negara di seluruh dunia sudah dilakukan. Bahkan dulu sudah ada rame-rame bahwa ada kajian berbagai pusat kebijakan, harga rokok itu harus dinaikan sampai 50 ribu, tapi kan pelaksnaannya kenaikan harganya itu tidak sampai 50 ribu dan kelompok rentan rokok masih bisa dengan mudahnya menemukan bahkan membeli rokok dengan mudah dan murah.
Sementara untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat sendiri agar menjauhi maupun berhenti merokok itu tergolong sangat sulit. Padahal, mereka juga tahu, merokok itu berbahaya. Akan tetapi, kalau dibandingkan antara penjelasan yang dilakukan, katakanlah oleh pemerintah kepada warganya tentang bahaya merokok dan sebagainya itu kalah jika dibandingkan dengan iklan-iklan yang mendorong anak-anak itu atau warga negara kita untuk mengkonsumsi rokok, walaupun iklan-iklannya itu kan sekarang lebih halus. Kalau diperhatikan, justru yang digambarkan bahwa para perokok itu adalah yang mempunyai energi yang sangat kuat, yang aktif, yang sukses. Itu yang mungkin harus diperhatikan jangan sampai walaupun halus begitu, ya kalau bisa sih dikurangi atau dihilangkan iklan-iklan rokok yang seperti itu.
Makanya, mari kita mendukung gerakan sosial #RokokHarusMahal. Biarkan harga rokok naik berkali lipat dan sulit ditemukan. Demi generasi penerus bangsa.
Kita juga bisa terlibat aktif dalam kampanye pengendalian tembakau ini dengan menyerukan:
#Rokokharusmahal
#Rokok 70ribu
#Rokokmemiskinkan
Mari bantu keluarga miskin dan anak-anak berhenti beli rokok, tanda tangani petisinya #rokokharusmahal di Change.org
Sama mba, waktu ngajar anak smk dulu duhhhh di wc aja berani merokok semoga dengan harga rokok yang mahal bisa mmebatasi dan melindungi kita dari bahaya rokok
Kalo dari sisi pengusaha, itung-itungan harga rokok sekarang sudah menguntungkan. Kalo di naikin harga nya mungkin bisa tidak setuju pengusaha. Barangkali yang bisa di lakukan adalah bea cukai rokok yang di naikin oleh dirjen Pajak. Sehingga implikasinya pengusaha akan menaikan harga ke Konsumen
Saya juga dukung rokok harus mahal