Dulu saya pernah berimajinasi, suatu hari nanti saya bisa jadi pembicara di depan banyak orang dan menceritakan tentang hobi saya, menulis dan ngeblog. Padahal, aslinya saya adalah tipekal orang yang penakut dan sering sekali grogi kalau berbicara di depan banyak orang. Wong di depan murid-murid saja kadang masih bingung, apalagi di depan khalayak ramai?
Saat Mas A mengirim pesan dan bertanya apakah saya mau sharing seputar dunia blog, saya langsung menjawab belum berani. Tapi dia bilang ayolah, saya juga meminta pendapat suami serta teman saya. Mereka bilang “iya”. Ini kesempatan bagus. Kalau belum berani terus, kapan beraninya? Kalau tidak dicoba, ya mana bisa?
Dan akhirnya… IYA…
Mengenal blog sejak tahun 2010. Tapi sama sekali tidak tahu seluk beluk blog dan apa manfaatnya. Ini seperti saat saya masuk kuliah dan mengambil jurusan Tehnik Informatika, padahal saya adalah manusia yang gaptek teknologi. Buka google saja tidak pernah, open new tab itu apa juga tidak tahu. Dengan pedenya masuk jurusan Tehnik Informatika. Pas ditanya dosen apa tujuan masuk Tehnik Informatika, jawabannya sepele : biar dibelikan laptop sama orang tua dan saya bisa nulis (cerpen dan novel).
Teman-teman tahu kalau saya suka menulis fiksi. Seorang kawan dekat yang bisa dipanggil Kang, menyarankan saya untuk membuat blog. Dengan kesoktahuan dia, dia sok mengajari saya membuat blog. Padahal saya belum ‘ngeh’ apa itu blog.
Dasarnya saya adalah perempuan yang selalu ingin tahu, diajarin membuat blog menggunakan blogger langsung iya-iya saja. Saya juga mencari referensi blog-blog para penulis. Waktu itu yang sering saya kunjungi adalah blognya Bernad Batubara, Mbak Anggun dan blognya Guntur Alam.
Semenjak itu saya mengenal apa itu blog. Blog bukan sekedar menggunakan blogspot, tapi juga menggunakan wordpress, tumblr, blogdetik—yang sekarang sudah tutup—maupun kompasiana.
Dan saya tetap menulis fiksi. Satu persatu kawan penulis juga terjun ke dunia blogger. Saya ingat betul, awal saya serius menggeluti dunia blog yaitu saat saya mengikuti Giveaway di blognya Mom Ophi Ziadah. Akhir tahun 2015-an. Lalu, saya juga pernah ikut-ikutan membuat giveaway novel saya yang berjudul Love Is Friendship. Waktu itu yang menang Khoirur Rohmah, dan siapa sangka sekarang dia menjadi sahabat sekaligus adik yang manis buat saya.
Satu-persatu impian yang terwujud semenjak menjadi narablog atau yang lebih dikenal dengan sebutan blogger. Dulu, bayangan keluar masuk hotel itu Cuma bisa dilakukan kalau bepergian jauh saja, nyatanya sekarang tidak. Sering sekali keluar masuk hotel karena menjadi narablog. Dulu, belanja di online shop itu sering sekali takut kalau kena tipu. Sejak jadi narablog malah hobi shopping di online shop karena sering mendapatkan voucher.
Banyak sekali hal-hal baru yang saya dapatkan semenjak saya terjun ke dunia blogger. Dari apa yang dulu terlihat mustahil saya dapatkan, kini semua impian itu satu persatu menjadi kenyataan.
Menjadi narablog, mendapatkan pundi-pundi rupiah dari blog, diundang ke event sana-sini, bertemu dengan orang-orang baru dan mendapatkan ilmu baru. Iya, menjadi narablog itu bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah. Zaman sekarang, banyak sekali brand yang mencari narablog untuk mempromosikan produknya lewat blog. Promosi lewat blog mungkin memang tak seefektif promosi di social media, tapi promosi melalui blog itu bagus untuk jangka panjang.
Selain blog sebagai promosi, semenjak menjadi narablog saya juga sering mendapat undangan untuk datang ke event. Entah event launching produk baru ataupun yang lainnya.
Bukan hanya itu saja, menjadi semenjak menjadi narablog, saya juga mendapat teman-teman baru dari berbagai kota dan mendapatkan ilmu baru. Secara, ada loh WAG para narablog. Pun juga komunitas narablog di dunia nyata. Dan biasanya para narablog ini bertemu, kita belajar bersama dan saling berbagi ilmu.
Menjadi narablog itu mmbanggakan? Jelas sekali! Karena melalui blog kita bisa berbagi dan menyebarkan informasi bagi sesama. Bagi saya, ini adalah amal tersendiri.
Saya ingat, saya pernah menuliskan pengalaman saya karena anyang-anyangan. Beberapa hari setelah tulisan itu tayang, seorang kawan SMA mengirim pesan pada saya dan mengucap terima kasih. Iya, dia juga mengalami anyang-anyangan dan karena membaca postingan saya, dia mendapatkan solusi untuk anyang-anyangannya. Di sini, saya mendapatkan sebuah kepuasan batin tersendiri. Apa yang saya tulis ternyata bermanfaat.
Bukan hanya itu saja, saya juga sering mendapatkan pesan dari pembaca blog saya yang merasa mendapatkan informasi dari apa yang saya tulis. Bahkan, beberapa teman yang mengenal saya di dunia nyata dan membaca blog saya malah minta diajarin untuk membuat blog. Di sini, lagi-lagi saya menye-menye, merasa menjadi inspirasi bagi sesama.
Kalau boleh jujur, 2019 ini saya tidak menuliskan resolusi. Ada kecewa ketika apa yang menjadi impian tak kunjung menjadi kenyataan. Meskipun jauh dalam lubuk hati saya, saya ingin berproses menjadi seseorang yang lebih baik. Pun juga sebagai narablog, ada harapan agar karya—tulisan dan konten—bertransformasi menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Lebih rajin ngeblognya. Bukan hanya kalau mendapatkan job saja. Sadar betul, beberapa bulan terakhir blog sudah seperti etalase. Jarang sekali menulis postingan curhat.
Belajar membuat konten yang lebih baik lagi. Dari segi tulisan, foto, video dan infografis & mewujudkan mimpi yang lainnya dari blog. Iya, ada impian lain yang ingin saya wujudkan dari blog. Impian yang saat ini belum bisa saya tuliskan dan hanya menjadi rahasia Antara hati saya dan Allah. Mohon untuk di aamiin-kan.
Mungkin tak banyak resolusi yang saya tuliskan. Harapan sederhana saya sebagai narablog, semoga melalui blog saya bisa menjadi manusia yang bermanfaat. Aamiin.