Berawal Dari Butuh Dana Hingga Jadi Peduli Lingkungan
Berawal Dari Butuh Dana Hingga Jadi Peduli Lingkungan
Beberapa hari ini sosmed lagi ramai tentang skandal aktor Korea, Kim Seon Ho hingga hampir semua sosmed membahasanya. Padahal, ada masalah yang sebenarnya menjadi masalah kita bersama selama ini. Masalah tentang mitigasi iklim adalah masalah kita bersama. Tapi kadang kita abai akan permasalahan yang satu ini. Etapi… enggak semua abai kok. Contohnya saja anak-anak PERMIDA, sekelompok anak yang awalnya butuh dana ini akhirnya jadi sekelompok anak yang peduli lingkungan. Kok bisa? Sini saya ceritakan…
berawal dari butuh dana, hingga mendirikan bank sampah. PERMIDA digandeng POLRI dalam rangka penghijauan
Sebelum saya bercerita panjang lebar, kita bahas dulu tentang mitigasi iklim. Apa sih mitigasi iklim itu? Jadi, mitigasi iklim ini adalah suatu usaha untuk mengurangi resiko terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca. Dan gas rumah kaca ini mengakibatkan naiknya suhu bumi karena perubahan atmosfer dan menyebabkan panas sinar matahari tetap berada di bumi.jadi, jangan heran kalau sekarang ini tuh suhunya panas banget.
Terus, apa sih yang menyebabkan efek rumah kaca ini? Efek rumah kaca bertambah karena meningkatnya gas Karbondioksida (CO2) dan gas lain. CO2 muncul dari hasil pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batu bara, dan bahan bakar organik. Jadi, kalau kita sering membakar sampah, artinya kita ikut berpartisipasi menambah efek rumah kaca loh. Wah…
Lantas, apa nih hubungannya sama anak-anak PERMIDA yang berawal dari butuh dana hingga peduli lingkungan?
Hmm… apa ya? Mari saya ceritakan…
PERMIDA ini adalah singkatan dari PERkumpulan Muda-mudI RT DuA. Jadi sekelompok anak remaja yang tinggal di dusun tempat saya tinggal. PERMIDA ini terdiri dari anak kuliahan, anak SMA, anak SMP, bahkan anak SD. Eh, saya emak-emak juga bergabung ding…hehehe #kagakmautua. Oh ya, PERMIDA ini bukan kumpulan karang taruna, ya? Lantas, apa?
Awalnya, tahun 2018 sewaktu Agustusan, dusun saya khususnya RT tempat saya tinggal mengadakan perlombaan. Panitianya itu sekelompok karang taruna. Tapi karena mereka juga punya kesibukan, mereka meminta bantuan anak-anak muda (cowok dan cewek). Hmm, termasuk saya yang emak-emak. Kalau saya biasanya sebagai seksi dokumentasi.
Melihat kinerja dan kekompakan kami waktu itu para warga berharap kami selalu ikut berpartisipasi dalam setiap kegiatan, makanya kami berinisiatif untuk membuat suatu perkumpulan. Apalagi waktu itu 17 Agustus tidak hanya mengadakan lomba-lomba saja, tapi anak-anak SD yang cowok juga dilatih reog dan anak-anak yang cewek (waktu itu SD dan SMP) menari tarian tradisonal sebagai hiburan di malam 17-an. Tentunya, untuk kostum reognya menyewa, sementara kostum narinya kami menggunakan jarik dan kami kreasikan sendiri.
Etapi, kami sempat kebingungan soal pendanaan. Waktu itu sehabis perayaan 17 Agustus agenda kami adalah malam tahun baru. Maunya mengadakan tirakatan, makan bersama dan pentas seni. Berawal dari itu, kami berinisiatif mengadakan bank sampah. Meminta warga membuang sampah pada tempatnya dan memilah antara sampah organik dan sampah anorganik. Nanti setiap minggu anak-anak mengambil sampah anorganik, dikumpulkan dan dijual. Kalau satu RT dan setiap minggu mengambilnya kan lumayan. Ide itu diterima oleh warga, hingga malam tahun baru 2019 uang terkumpul (belum banyak dan masih ditombokin warga waktu itu).
Akhirnya malah tahun baru kami masak-masak, satu RT dari anak bayi sampai embah-embah berkumpul. Kami makan bersama dan mengadakan pentas seni. Acara berkumpul satu RT dan anak-anak mengadakan pentas seni dan makan bersama (yang masak juga anak-anak PERMIDA). Jadi, kumpul-kumpul semakin ramai. Enggak kalah kompak sama warga Gongjin di Hometown Cha Cha Cha. Hahah…
Masih berlanjut, ini kok semakin seru. Acara 17 Agustus di tahun 2019 makin seru lagi, terus bulan September di desa kami ada Gebyar UMKM. Tentunya anak-anak PERMIDA tidak mau ketinggalan dong. Langsung latihan reog dan menari, tampil di Balai Desa. Dan dan… karena acara itu anak-anak PERMIDA dapat bantuan buat beli kostum reog.
Dari acara itu, anak-anak PERMIDA dapat perhatian dari desa. Terus, dari pihak desa bertanya tentang PERMIDA. Kami bercerita, soal bank sampah juga kami ceritakan. Siapa sangka kami dapat perhatian dari POLSEK dan POLRES. Anak-anak senang sekali, apalagi dapat bantuan motor buat mengambil sampah. Apalagi dusun tetangga ikut-ikutan mengumpulkan sampahnya dan dijual ke anak-anak PERMIDA. Terus, anak-anak PERMIDA juga dianggap sebagai anak-anak yang jadi inspirasi. Pihak POLRES Boyolali menggandeng kami dalam hal penghijauan. Dari pihak POLRES memberikan bantuan bibit tanaman alpukat kepada kami, nanti ditanam di pekarangan rumah setiapwarga, hasilnya kami yang mengelola. Wah, dapat tambahan dana lagi nih… hehehe. Tapi, kami juga punya tugas untuk menyirami tanaman tersebut dan memantaunya jangan sampai layu.
Akan tetapi, kegiatan itu sempat mandek. Bukan karena malas tapi karena pandemi. Etapi, sekarang sudah mulai aktif lagi. Setiap minggu anak-anak sudah mulai mengambil sampah dari warga, terus kalau ada acara kami diundang meskipun akhirnya mengumpulkan sampah, hehehe.
Dari kegiatan yang berawal dari butuh dana tapi pada akhirnya menjadi anak-anak yang sadar akan lingkungan. Sadar akan bagaimana kami mengelola sampah dan kami bertanggung jawab juga mengelola tanaman. Bahkan, kami sempat mendapat kunjungan dari WDC (World Clean Up Day) Boyolali yaitu sebuah perkumpulan yang melek akan sampah. Sebenarnya, dari WDC ini anak-anak diajari untuk mendaur ulang sampah organik dan anorganik. Bahkan ada ide untuk membuat taman sampah, di mana memanfaatkan sampah-sampah anorganik untuk didaur ulang, dijadikan meja kursi (ecobrick), tas ataupun hiasan. Sementara sampah organiknya diolah menjadi pupuk. Akan tetapi, anggota PERMIDA itu kebanyakan anak-anak sekolah yang masih punya tanggung jawab dengan sekolahnya. Jadi, belum bisafokus mendaur ulang sampah dan sementara hanya mengumpulkan sampah lalu dijual.
Dari kegiatan anak-anak PERMIDA ini, banyak hal yang bisa diambil selain anak-anak jadi melek akan sampah dan tidak membuang sampah sembarangan :
- Setiap minggu anak-anak berkumpul. Anak-anak jadi berkurang main gadgetnya dan lebih akrab (serasa kembali ke era 90-an)
- Lingkungan jadi lebih bersih
- Membatu mengurangi efek rumah kaca karena warga tidak lagi membakar sampah
Harapan kami sih, anak-anak PERMIDA ini terus kompak dan kegiatan ini terus berlanjut. Jadi inpirasi para #MudaMudiBumi untuk #TimeforActionIndonesia agar lebih bijak dalam mengelola sampah. Di mulai dari langkah kecil, mengajak orang-orang agar bijak mengelola sampah, semua #UntukmuBumiku.
Dan dari kegiatan anak PERMIDA ini, saya jadi lebih mudah mengajarkan ke anak saya untuk tidak membuang sampah sembarangan. Apalagi kalau habis minum minuman kemasan, botolnya pasti dikumpulin lalu diberikan ke anak-anak PERMIDA. Terus, sudah jadi kebiasaan, kalau anak saya jajan dan kami sedang di jalan lalu tidak ada tempat sampah, anak saya akan membawa pulang sampah itu. Kalau saya atau orang-orang sekitar khilaf membuang sampah sembarangan, anak saya akan menegurnya.
Dengan kegiatan ini, saya bersumpah untuk mendampingi anak-anak PERMIDA dalam mengelola sampah dan mengajak mereka lebih bijak dalam mengelola sampah. Pun saya juga berharap, anak-anak lainnya juga bijak mengelola sampah.
https://diajengwitri.id/2021/10/23/berawal-dari-butuh-dana-hingga-jadi-peduli-lingkungan/InformationBerawal Dari Butuh Dana Hingga Jadi Peduli Lingkungan Beberapa hari ini sosmed lagi ramai tentang skandal aktor Korea, Kim Seon Ho hingga hampir semua sosmed membahasanya. Padahal, ada masalah yang sebenarnya menjadi masalah kita bersama selama ini. Masalah tentang mitigasi iklim adalah masalah kita bersama. Tapi kadang kita abai akan...Witri Prasetyo AjiWitri Prasetyo Ajiwitinduz2@gmail.comAdministratorHappy Wife Happy Mom Author Bloggerdiajengwitri.id - Lifestyle Blogger
Tinggalkan Balasan