Setelah sukses dengan campaign #BrokenButUnBroken di 4 kota (Jakarta, Bandung, Semarang, dan Yogyakarta), akhirnya Solo menjadi kota ke 5. Dan aku merasa beruntung karena aku bisa hadir dalam campaign #BrokenButUnBroken yang diadakan oleh #KEBIntimate Emak Blogger Solo bersama Cognito Communications Counsellors (@cognitocomms) dan Kartika Soeminar (NPD Abuse Survivor).

Dalam  campaign #BrokenButUnBroken ini Kartika Soeminar bercerita tentang seorang NPD. Karena Beliau adalah korban dari seorang NPD. Selama 23 hidup bersama seorang suami yang ternyata NPD. Beliau yang awalnya maklum akan sikap pasangannya, lama-lama tidak tahan. Apalagi jika sudah menyangkut mental health.

Kartika Soeminar sendiri sempat mengalami keterpurukan, depresi kronis. Tapi Alhamdulillah, Kartika Soeminar bisa bangkit dari keterpurukannya. Kartika Soeminar mengalihkan rasa sedihnya ke hal-hal yang positif seperti menulis buku #KartikaSoeminarStory dan juga menulis lagu. Buku dan lagunya akan launching bulan Oktober nanti. Akan tetapi, bukunya ada pre-sale di bulan September.

Campaign-BrokenButUnbroken-diajengwitri.id

Bukan hanya itu saja, Kartika Soeminar juga melakukan hal-hal yang positif seperti menerapkan pola hidup sehat, rajin berolahraga seperti nge-gym, dan tentunya mencari circle yang positif. Alhamdulillah sih, teman-teman Kartika Soeminar ini positif. Ketika Kartika bercerita tentang masalah hidupnya, teman-temannya tidak menghakiminya.

Dari pengalaman hidupnya tersebut, makanya Kartika Soeminar mengadakan campaign #BrokenButUnBroken. Capek-capek keliling dari kota satu ke kota lainnya yang tentunya membutuhkan tenaga, waktu, serta biaya yang tidak sedikit. Hal itu, Kartika lakukan agar semakin banyak orang yang paham akan NPD. Apa ciri-ciri seorang NPD? Bagaimana cara menghadapinya?

NPD Atau Narcisssistic Personality Disosder

NPD Atau Narcisssistic Personality Disosder adalah salah satu jenis gangguan mental di mana pengidapnya menganggap dirinya lebih baik dan lebih penting daripada orang lain, sehingga orang lain harus mengagumi, mencintai, dan membanggakannya.

Dulu, kupikir NPD itu hanya sebatas narsis dan bangga pada diri sendiri. Ternyata tidak sebatas itu. NPD inibisa merugikan orang lain.

Sebenarnya, sebelum mengikuti campaign #BrokenButUnBroken ini, aku sempat menonton video-video di sosmed tentang NPD atau kalau anak-anak sekarang bilang pick me (suka mencari perhatian). Awalnya, kupikir orang dengan gangguan NPD itu hanya sebatas egois, manipulative, playing victim, dan merasa benar sendiri. Akan tetapi, setelah mendengar cerita Kartika Soeminar, NPD tidak sebatas itu.

Seorang NPD itu rata-rata berkarisma, sehingga orang-orang tidak menyangka kalau dia NPD. Bahkan seorang NPD sendiri juga tidak merasa kalau dia NPD. Akan tetapi, orang-orang terdekatnya yang menjadi korbannya.

Ciri lain dari seorang NPD yaitu egois, suka dipuji dan haus validasi. Bahkan, setiap ada pembicaraan, dia ingin terlihat “wah” atau merasa superior sehingga dia merasa kalau dirinya pantas mendapatkan perlakuan khusus. Selain itu, seorang NPD juga egois, acuh tak acuh, tidak suka dikritik, tidak punya empati sehingga tidak segan-segan mempermalukan orang di depan umum. Ya, karena seorang NPD tidak ingin tersaingi.

Seorang NPD, bisa terjadi karena factor genetik, karena pola asuh orang tua, dan juga faktor lingkungan. Salah satu yang menyebabkan seorang itu menjadi NPD adalah karen pujian yang berlebihan. Dan untuk menghindari agar seorang anak itu tidak NPD, salah satunya dengan menyeimbangkan pujian. Pujian cukup dijadikan motivasi. Bukan yang sedikit-sedikit dipuji. Selain itu, orang tua juga harus waspada akan hubungan anak-anaknya dengan teman-temannya.

Karena NPD bisa terjadi karena factor genetik, tentunya Kartika Soeminar juga tidak ingin jika anaknya juga NPD. Hal yang Kartika Soeminar lakukan yaitu dengan tidak memberikan pujian berlebihan pada anaknya dan menumbuhkan sikap empati dalam diri anaknya. Cara Kartika Soeminar menumbuhkan rasa empati pada anaknya yaitu sering mengajak anaknya jalan-jalan ke panti asuhan.

Campaign #BrokenButUnBroken

Campaign #BrokenButUnBroken ini tidak hanya menghadirkan Kartika Soeminar—NPD Abuse Survivor—saja, akan tetapi juga di hadiri oleh Dra. Probowatie Tjondronegoro, M.Si., Psikolog yang merupakan seorang psikolog senior di Rumah Sakit Sr Elisabeth Semarang.

Di sini, Dra. Probowatie Tjondronegoro, M.Si., Psikolog juga menjelaskan tentang NPD dari segi psikolog. Dan sebelum Beliau memaparkan tentang NPD, kami para peserta diajak menjawab beberapa kuis di mana hasil jawaban dari kuis tersebut apakah kita narsisti, atau sedikit narsis untuk diri sendiri tapi di depan umum introvert, atau malah orang yang minder.

Dra. Probowatie Tjondronegoro, M.Si., Psikolog menjelaskan, seseorang yang memiliki gangguan kepribadian, biasanya :

  • pola emosinya menetap,
  • kognitif dan perilakunya menyebabkan tekanan emosional bagi orang lain,
  • memiliki kesulitan dalam aktivitasnya sehari-hari, dan
  • bersifat kronis.

Sementara ciri-ciri NPD dari segi psikolog, antara lain :

  • mementingkan diri sendiri atau egois,
  • sangat membutuhkan perhatian, peneguhan, dan ujian dari orang lain secara terus menerus,
  • menganggap dirinya lebih tinggi dan perlu mendapatkan perlakukan khusus,
  • kurang berempati pada orang lain, dan
  • main belief : since I am special, I deserve special rules.

Secara kognitif, seorang NPD itu ekspansif, suka berlebihan, sukanya memutarbalikkan fakta untuk mempertahankan ilusi tentang dirinya, dan mementingkan diri secara berlebihan. Seorang NPD itu juga mempunyai rasa percaya diri yang tinggi, angkuh, sombong, arogan, egois, mendominasi pembicaraan (suka memotong orang yang bicara), selalu mencari kekaguman dan perhatian, serta tidak sabaran dan juga tidak peka. Dan seorang NPD ini butuh penanganan agar dia bisa lebih berempati.

Cara Menghadapi NPD

Setelah tahu ciri-ciri NPD secara terperinci, aku tidak bisa membayangkan betapa capeknya Kartika Soeminar. 23 tahun hidup bersama seorang NPD.

Tetapi, seorang NPD harus tetap dihadapi, yaitu dengan cara :

  • menetapkan batasan dengan mengurangi interaksi dan komunikasi pada seorang NPD,
  • memberikan afirmasi positif pada diri sendiri,
  • tidak selalu menuruti apa maunya si NPD,
  • journaling,
  • pendekatan spiritual seperti lebih meningkatkan ibadahnya, dan
  • konsultasi dengan ahlinya.

Penutup

Dengan adanya campaign #BrokenButUnBroken ini, aku jadi sedikit lebih paham tentang NPD. Aku sempat berpikir, apakah aku juga NPD? Dan aku juga mengingat-ingat, apakah aku pernah berinteraksi dengan seorang NPD? Karena jujur saja, aku juga pernah merasa capek sekali berhubungan dengan orang yang tak mau kalah, maunya menang sendiri, manipulative, sukanya playing victim.

Akan tetapi, aku juga tidak bisa self diagnosa. Bahkan seorang Dra. Probowatie Tjondronegoro, M.Si., Psikolog yang merupakan psikolog pun tidak bisa asal melabeli apakah orang tersbut NPD. Karena semua butuh pemeriksaan.

Dari #KartikaSoemniarStory #NPDSurvivor #NPDAwareness, setidaknya kita dan tentunya aku jadi lebih memahami tentang seorang yang #Narcisstic. Dan jika ketika kita bertemu dengan orang yang memiliki ciri NPD, kita juga tahuapa yang harus dilakukan. #BreakTheSilence.

Witri Prasetyo AjiInformationSetelah sukses dengan campaign #BrokenButUnBroken di 4 kota (Jakarta, Bandung, Semarang, dan Yogyakarta), akhirnya Solo menjadi kota ke 5. Dan aku merasa beruntung karena aku bisa hadir dalam campaign #BrokenButUnBroken yang diadakan oleh #KEBIntimate Emak Blogger Solo bersama Cognito Communications Counsellors (@cognitocomms) dan Kartika Soeminar (NPD Abuse Survivor). Dalam  campaign...

Comments

comments