Beberapa hari yang lalu, saya bersama rekan-rekan blogger, wartawan, dan fotografer datang ke Roadshow Lomba Foto dan Anugerah Pewarta Astra 2024 di Solo. Roadshow tersebut diadakan oleh Solopos Media Group, Komunitas Digital Content Creators (DCC), dan Astra International.  Dalam roadshow tersebut, menghadirkan beberapa narasumber, diantaranya : Windy Ariestanty selaku penulis dan founder Patjarmerah, Boy T Harjanto selaku fotografer jurnalistik professional, dan Alan Efendhi selaku penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2023 Bidang Kewirausahaan.

Setiap narasumber tentunya memberikan insight baru di dunia literasi, fotografi, dan kewirausahaan.  Dari Mbak Windy Ariestanty saya belajar tentang bagaimana membuat tulisan yang baik. Karena tulisan yang baik adalah tulisan yang memberikan dampak bagi pembacanya.

Sementara dari Mas Boy T Harjanto, saya berlajar tentang teknik dasar mengambil foto yang baik. Foto yang bagus adalah foto yang mampu menggugah jiwa yang melihatnya. Mampu memberikan dampak positif bagi yang melihatnya dan bisa memberikan perubahan ketika foto itu dipublikasikan dan banyak orang yang melihatnya.

Alan Efendhi penerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2023 budidaya aloe vera Gunung Kidul

Sementara dari Mas Alan Efendhi, saya belajar tentang kewirausahaan. Bagaimana cara memanfaatkan aloe vera menjadi kuliner yang bernilai tinggi. Pemuda asal Gunung Kidul yang menurut saya sangat inspiratif sekali ini juga membagikan beberapa tips bisnis bagi anak muda dan pelaku kuliner.

Mengapa Aloe Vera?

Semua berawal pada tahun 2014, tahun di mana Alan Efendhi yang merupakan seorang pemuda dari Desa Katongan, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunung Kidul memulai ide bisnisnya. Berawal dari sebuah keprihatinan. Alan Efendhi awalnya adalah seorang perantau. Beliau merantau ke ibukota. Bekerja dan kuliah di ibukota. Pulang kampung ke Gunung Kidul setiap tahun sekali. Setiap tahun, orang tua semakin menua. Prihatin melihat orang  tua yang semakin tahun semakin menua, Alan Efendhi akhirnya memutuskan untuk resign dari pekerjaannya padahal di ibukota pekerjaannya terbilang mapan dan memutuskan pulang kampung untuk membersamai orang tua di usia senjanya.

Akan tetapi? Di kampung juga harus bertahan hidup. Sementara di Gunung Kidul? Ada apa sih di Gunung Kidul selain pantainya yang indah. Gunung Kidul itu kering. Kalau musim penghujan memang bisa bertani, tapi kalau musim kemarau? Pertanian lumpuh. Secara, di Gunung Kidul itu lahannya tadah hujan. Sehingga, itu mengakibatkan perekonomian warga daerah Gunung Kidul-pun menjadi menurun. Bahkan, tidak sedikit masyarakatnya yang hijrah ke daerah lain untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhannya.

Alan Efendhi yang notabenenya seorang lulusan STM dan bukan lulusan pertanian, juga bukan ahli gizi. Demi membangun usahanya di kampung halaman agar bisa membersamai orang tuanya di usia senja, Alan Efendhi banyak mencari referensi di internet dan buku tentang pemanfaatan lahan yang kering. Komoditas apa yang sekiranya cocok untuk lahan di Gunung Kidul? Lalu, terinspirasi dari lahan gambut di Pontianak, Alan Efendhi akhirnya memutuskan untuk membudidayakan aloe vera.

manfaat aloe vera

“Tahun 2014 saya memikirkan bagaiman caranya bisa kembali ke kampun halaman karena memang dulu awalnya saya anak perantau. Dan saya ingin kembali ke kampung halaman namun memilik kegiatan yang bermanfaat bagi lingkungan di bidang pertanian. Dengan tidak memiliki basic apapun tentang pertanian, saya mulai mencari literasi dari buku, internet, dan dari banyak orang. Kira-kira apa sih komoditas yang bisa saya kembangkan di daerah Gunung Kidul yang notabenenya pertama lingkungannya terkenal kering, tadah hujan, panas sekali.” Ungkap Alan Efendhi panjang lebar.

Dari penjelasan Alan tersebut, akhirnya mengerucut ke beberapa komoditas seperti anggur, buah naga, pepaya California, dan aloe vera. Ternyata anggur, buah naga, dan papaya California terlalu banyak perawatan. Dan aloe vera ternyata yang paling mudah perawatannya. Bahkan, satu tahun tidak disirampun tidak apa-apa.

minuman rasane vera alan efendhi

Selain itu, aloe vera juga paling banyak nilai ekonomisnya. Secara, aloe vera dibutuhkan 4 industri besar sekaligus, antara lain : farmasi obat-obatan, kosmetik, POC pupuk organkc cair (sebagai bahan bakunya), dan olahan makanan & minuman.

“Dari kelebihan-kelebihan tersebut, akhirnya mantep saya memilih lidah buaya atau aloe vera. Dan Alhamdulillah dari 2014 saya mulai mendatangkan bibit pertama kali sampai sejauh ini saya telah memiliki banyak sekali tumbuhan-tumbuhan yang telah saya budidayakan,” lanjut Alan.

Perjuangan Alan Efendhi menyakin Masyarakat Gunung Kidul

Ide bisnis Alan Efendhi tersebut tidak hanya menyukseskan dirinya saja, melainkan juga berdampak bagi lingkungan sekitar dan meningkatkan perekonomian masyarakat Gunung Kidul. Akan tetapi, semua itu juga butuh perjuangan. Alan Efendhi sendiri sempat mendapatkan cibiran dan nyinyiran. Karena masyarakat sekitar belum paham akan manfaat aloe vera. Setahu mereka, aloe vera hanya digunakan untuk P3K saja.

Hingga pada tahun 2014 ketika Alan Efendhi memulai bisnisnya, Beliau sendiri menanam aloe vera, merawatnya selama kurang lebih satu tahun baru memanennya. Setelah dipanen, Alan memproduksi aloe vera dan dibuat minuman. Kala itu, packagingnya masih sangat sederhana, seperti es lilin dan area pemasarannyapun masih sekitar sekolah, puskesmas, dititipkan ke warung-warung tetapi banyak juga yang produk yang return. Bahkan, setiap hari hampir 20 botol produk yang return. Dan kala itu, produknyapun hanya bertahan selama 3 hari saja.

Setelah itu, produk Alan baru mulai dikenal orang. Akan tetapi, masyarakat masih banyak yang masih asing. Bagaimana bisa ada makanan dan minuman dari bahan yang berlendir? Akan tetapi, setelah mencicipi produknya, ternyata segar, nikmat, banyak manfaatnya, tidak pahit, dan tidak gatal.

manfaat minuman aloe vera rasane vera alan efendhi

Lambat laun karena produknya laris, Alan sempat mengalami kehabisan bahan baku (karena kala itu baru dia yang membudidayakan aloe vera). Alan pun berinisiatif untuk memberdayakan ibu-ibu di lingkungan sekitarnya. Karena aloe vera masih dianggap asing oleh masyarakat sekitar, Alanpun harus mengedukasi masyarakat sekitar tentang manfaat aloe vera dan mudahnya perawatannya. Akan tetapi, masih saja banyak yang ragu dan tidak mau.

Alan tidak kurang akal. Alan lalu membagikan bibit gratis ke saudara-saudaranya, mengedukasinya, hingga para saudaranya mau menanam aloe vera hingga memanennya. Setelah itu, Alan lalu memproduksi aloe vera tersebut menjadi makanan dan minuman. Setelah ada bukti bahwa aloe vera lebih menjanjikan dibandingkan menanam jagung ataupun kacang, warga lainnya pun ikut membudidayakan aloe vera.

“Memang pada prinsipnya kenapa saya memilih lidah buaya atau aloe vera adalah bagaimana caranya usaha yang saya miliki itu berdampak bagi lingkungan dan Alhamdulillah semenjak tahun 2018 itu saya sudah mulai menjaring mitra plasma dari mulai pertama kali itu adalah warga sekitar yang benar-benar dekat dari rumah saya,” jelas Alan.

Dan perjuangan Alan Efendhi selama 4 tahun pun tidak sia-sia. Warga pun yakin kalau membudidayakan aloe vera ternyata lebih menjanjikan. Yang awalnya ibu rumah tangga biasa dan mengaharapkan nafkah dari suami, kini ibu rumah tangga tersebut kini bisa menjual bibit aloe vera, daun segar aloe vera, sehingga itu bisa meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Hingga akhirnya Pemda setempatpun melihatnya. Dari Dinas setempat juga memberikan pelatihan-pelatihan membuat olahan-olahan baru seperti membuat permen, dodol, keripik.

“Kalau Malang punya olahan apel, Wonosobo punya carica, Gunug Kidul juga punya olahan aloe vera.”

Pandemi bukan halangan, olahan aloe vera justeru diburu orang

Kalau pandemi covid 2019 kemarin banyak sekali usaha yang gulung tikar, ternyata tidak dengan usaha Alan Efendhi. Awal pandemi, sekitar bulan Januari sampai bulan Mei ketika PPKM diberlakukan, Alan Efendhi memang tidak berjualan lantaran terkendala PPKM. Padahal, kala itu banyak sekali pesanan. Akan tetapi, setelah PPKM tidak diberlakukan, pesanan mulai banyak. Secara, minuman olahan dari aloe vera tersebut sangat banyak manfaatnya dan baik untuk metabolisme tubuh. Hingga kala itu Alan malah menambah karyawan.

Dan pada tahun 2018, Alan mulai mempunyai circle dan mentor sesama pebisnis. Bahkan, Alan juga mulai mempunyai ruang produksi yang layak, mesin yang cukup untuk produksi secara masal. Produk yang awalnya hanya bertahan selama 3 hari, kini mampu bertahan selama 6 bulan dengan bahan alami. Dan Alan menambahkan pemanis stevia pada olahan minumannya. Secara stevia ini adalah pemanis alami yang lebih menyehatkan daripada gula karena tidak mengandung karbohindrat yang bisa meningkatkan kadar gula darah.

Tips yang diberikan Alan untuk pelaku usaha kuliner agar produknya bertahan hingga 6 bulan simpan yaitu dengan cara pengawetan alami (natural organic dari segi rasa). Tipsnya yaitu melalui produksi—untuk produk aloe vera, Alan menggunanan pemanasan dan pndinginan cepat, serta pengemasan tidak menggunakan plastik atau biasa disebut pasteurisasi.

“Saya berharap, di bangku pendidikan dasar mulai diedukasikan pertanian itu menjanjikan, pertanian itu sangat keren dan menghasilkan pundi-pundi rupiah yang sangat banyak,” harap Alan.

Aloe Land Tidak Hanya Untuk Komunitas Aloe Vera

Alan Efendhi tidak hanya mengajak Masyarakat sekitar untuk membudidayakan aloe vera saja, melainkan juga menyediakan wadah bagi para komunitas pecinta aloe vera, yaitu Aloe Land.

Aloe Land ini merupakan salah satu wisata edukasi. Aloe Land terletak di Padukuhan Jeruk Legi, kelurahan Katingan, Nglipar, Gunungkidul dan sudah diresmikan oleh Bupati Gunung Kidul.

sumber foto : https://travel.tempo.co/

Aloe Land bukan hanya wadah untuk para komunitas pecinta aloe vera saja, melainkan di Aloe Land siapa saja bisa belajar tentang aloe vera. Belajar dari cara menanam, merawat, hingga pemanfaatan aloe vera.

Hingga saat ini, sudah banyak yang berkunjung ke Aloe Land. Mulai dari anak-anak sekolah, mahasiswa, hingga organisasi masyarakat.

Untuk siapa saja yang ingin belajar tentang budidaya aloe vera, bisa loh berkunjung ke Aloe Land. Wisata di Gunung Kidul tidak hanya menyajikan pantai yang indah saja, melainkan juga menyajikan wisata edukasi seperti Aloe Land.

Produk Rasane Vera

Kembali ke produk olahan aloe vera. Alan Efendhi mendirikan PT. Mount Vera Sejati dan memproduksi beberapa produk olahan aloe vera yaitu : nata de aloe vera, pure aloe vera slice, aloe vera cube drink markisa, aloe vera cube drink original, aloe vera cube drink apel, aloe vera cube drink melon, aloe vera cube drink leci, aloe vera cube drink leci, aloe vera cube drink lemon, aloe vera cube drink jambu biji, aloe vera cube drink nanas, aloe veras liquid stevia, Mr. Kriuk’s balado, Mr. Kriuk’s barbeque, Mr. Kriuk’s jagung manis, Mr. Kriuk’s original, dan aloe fiber madu klanceng.

Dari produk-produk tersebut tentunya sudah memiliki uji klinis karena didampingi BRIN, sudah sertifikasi BPOM. Dan produk-produk tersbut bisa dibeli secara online (marketplace dan sosial media) maupun offline (jaringan agen dan distributor di seluruh Indonesia).

Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards Kategori Kewirausahaan

Gagal, coba lagi. Siapa tahu kita berhasil di kesempatan selanjutnya. Seperti itulah perjuangan Alan Efendhi sebagai penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards kategori Kewirausahaan dengan judul kegiatan Implementasi Pemanis Alami Daun Stevia Untuk Produk Minuman Kesehatan Aloevera dengan Nama Aloe Liquid.

Menurut saya, tidak hanya perjuangan Alan Efendhi dalam mengajak masyarakat Gunung Kidul untuk membudidayakan aloe vera yang patut diacungi jempol, tapi perjuangannya sebagai penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards kategori Kewirausahaan juga pantas diacungi jempol.

Alan Efendhi sebenarnya mendaftarkan diri sebagai peserta SATU Indonesia Awards pada tahun 2021. Akan tetapi Beliau gagal dan tidak lolos. Hingga pada tahun 2022, Alan merasa psimis dan tidak percaya diri untuk mendaftar diri sebagai peserta SATU Indonesia Awards. Akan tetapi, pada tahun 2023 di mana usia Beliau menginjak usia 35 tahun di mana batas peserta SATU Indonesia Awards kala itu adalah 35 tahun. Di kesempatan terakhirnya itu, Alan Efendhi akhirnya memberanikan diri untuk mendaftarkan diri sebagai peserta SATU Indonesia Awards. Dan siapa sangka, ditahun 2023, Alan Efendi berhasil sebagai penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards kategori Kewirausahaan.

SATU Indonesia Awards

Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards merupakan wujud apresiasi Astra untuk generasi muda, baik individu maupun kelompok, yang memiliki kepeloporan dan melakukan perubahan untuk berbagi dengan masyarakat sekitarnya di bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi, serta satu kategori Kelompok yang mewakili lima bidang tersebut.

Untuk teman-teman yang memiliki perubahan untuk berbagi dengan masyarakat di bidang kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, dan teknologi, bisa loh mendaftarkan diri di program SATU Indonesia Awards. Mari, bersama, berkarya, berkelanjutan.

Penutup

Dari cerita perjuangan seorang Alan Efendhi, saya banyak belajar tentang hal-hal baru. Bukan hanya itu saja, menurut saya, Alan Efendhi juga merupakan sosok yang sangat inspiratif.

“Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.” Sebuah hadist yang Mas Alan ucapkan saat Roadshow Lomba Foto dan Anugerah Pewarta Astra 2024 di Solo.

Bertumpu pada hadist tersebut, seorang Alan Efendhi berbisnis tidak hanya untuk dirinya sendiri. Melainkan juga bermanfaat bagi orang sekitarnya dan masyarakat Gunung Kidul. Berawal dari ide bisnisnya, melalui budidaya aloe vera, perekonomian masyarakat Gunung Kidulpun meningkat.

Selain itu, dari seorang Alan Efendhi, saya juga belajar untuk tidak menyerah. Gagal di kesempatan pertama, bukan berarti akan gagal di kesempayan kedua.

“Semua bisa dilakukan untuk jadi entrepreneur. Tipsnya kita punya kesempatan untuk jadi wirausaha, harus memiliki usaha yang berdampak untuk lingkungan. Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain,” ungkap Alan Efendhi.

*Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba menulis Anugerah Pewarta Astra 2024

#BersamaBerkaryaBerkelanjutan #anugerahpewartaastra2024 #KitaSATUIndonesia
Witri Prasetyo AjiInformationBeberapa hari yang lalu, saya bersama rekan-rekan blogger, wartawan, dan fotografer datang ke Roadshow Lomba Foto dan Anugerah Pewarta Astra 2024 di Solo. Roadshow tersebut diadakan oleh Solopos Media Group, Komunitas Digital Content Creators (DCC), dan Astra International.  Dalam roadshow tersebut, menghadirkan beberapa narasumber, diantaranya : Windy Ariestanty selaku...

Comments

comments