REVIEW FILM WIRO SABLENG PENDEKAR KAPAK NAGA GENI 212
REVIEW FILM WIRO SABLENG PENDEKAR KAPAK NAGA GENI 212
Wiro, Wiro Sableng
Sinto, Sinto Gendeng
Muridnya sableng?
Gurunya gendeng?
Siapa yang masa kecilnya hafal banget samma lirik lagu di atas? *sadarumur. Hehehe… Jadi Gaes, Wiro Sableng ini adalah salah satu film kesukaanku zaman kecil. Ingat betul, Wiro Sableng hadir setiap hari Minggu jam 11 siang. Dan di waktu yang bersamaan, ada pertandingan tinju, terus rebutan sama Babe. Alhasil, bapak-bapak nonton tinju di rumahku sementara aku dkk nonton Wiro Sableng di tempat tetangga. Pokoknya jadi kenangan masa kecil tak terlupakan dah, dan sekarang enggak ada anak-anak yang nonton bareng uyuk-uyukan. Haha.. lol
Pas tahu bakalan ada film Wiro Sableng versi 2018, aku seneng banget nget nget dan enggak sabar mau nonton. Apalagi yang jadi pemeran Wiro Sableng adalah Vino G. Bastian yang menurut aku enggak Cuma ganteng tapi jago ajah berperan lucu. Huhuhu… jadilah tambah semangat dan menjadikan film Wiro Sableng adalah film yang wajib aku tonton di tahun 2018 ini.
Dan akhirnya… malam minggu kemarin Pak Suamik ngajakin nonton setelah sekian purnama kita absen dari bioskop. Kali ini kami nonton di CGV—Transmart Pabelan. Kami memilih ke CGV karena paling dekat dari rumah dan enggak penuh. Sesuai jadwal sih tayang jam 18.15, tapi pas kami nyampai sudah jam 18.22 dan tiket masih ada. Bakalan beda kalau kami nonton di XXI. Pasti dech, nunggu jam tayang berikutnya atau tiket sudah ludes.
Nonton Wiro Sableng ini benar-benar nostalgia ke masa kecil. Ya 11-12lah kayak pas nonton film AADC 2. Akan tetapi, pas AADC 2 kemarin sih aku masih pakai baper karena ada mantan-mantannya. Sementara Wiro Sableng? Baper apanya? Lucu iya, sepanjang film berlangsung aku mah ngakak kayak pas nonton Dilan 1991. Dan hal kayak gini tuh yang bikin Suamik suka… wkwkwkw…
Wiro Sableng ini memang lucu, editannya bagus (halus) kayak di luar negeri, bahasanya menggunakan bahasa zaman now kayak ada kata keren, Syahrini… bukan bahasa baku kayak film laga yang sering aku tonton. Sayangnya, ada beberapa bahasa yang terlalu kasar seperti kata : bajing**, budhek. Yang menurut aku enggak pas ya ditonton sama anak kecil. Keterangan sih buat 13+, tapi kemarin ada anak kecil yang nonton. Trus, ada pula adegan Wiro mau nyium Rara Murni, meskipun Cuma mau loh ya…
Menurut aku, sutradara Wiro Sableng-Angga dan produsernya Sheila Timoty-seolah niat banget. Lah gimana yah? Dari para pemainnya ajah tuh udah aktor/aktris terkenal seperti Vino G. Bastian (Wiro Sableng), Sherina Munaf (Angggini), Fariz Alfarizi (Bujang Gila Tapak Sakti), Ruth Marini (Sinto Gendeng), Dwi Sasono (Raja Kamandaka), Happy Salma (Suci) musisi Marcell Siahaan (Ranaweling), Andi /rif (Dewa Tuak), Lukman Sardi (Werku Alit), Marcella Zalianty (Permaisuri), Marsha Timothy (Bidadari Angin Timur) sampai dengan Aghminy Haque (Rara Murni) yang ternyata adalah seorang atlet. Trus yah, di Wiro Sableng 2018 ini juga ada Ken-Ken loh, pemeran Wiro Sableng zaman old. Yah, meskipun Cuma bentar doang sich munculnya.
Dan tahu enggak, aku tuh baru tahu kalau novel Wiro Sableng itu karyanya Bastian Tito, bapaknya Vino G. Bastian. Ya maklum, kan aku belum pernah baca novelnya. Cuman nonton filmnya di zaman anak-anak.
Oh ya, dari film Wiro Sableng ini menurutku sulit ditebak—entah apa aku yang enggak pandai menebak, yah? Pembukaan film yang diawali dengan dibunuhnya kedua orang tua Wiro—Suci dan Ranaweleng. Berlanjut rumahnya dibakar bahkan Wiro mau dilempar ke dalam api, tetapi Sinto menolongnya. Itu semua ada benang merahnya sampai film berakhir. Karena ternyata, dalang dari semuanya adalah Mahesa Birawa—murid Sinto Gendeng yang berhianat.
Berlanjut dengan cerita Wiro bersama Sinto Gendeng yang menurut aku lumayan lucu. Meskipun ‘kadang’ ngerasa kok agak dipaksain. Tapi, buatku mah bisa bikin ngakak. Hhohohoh…
Berantemnya sich ala-ala dulu yah, pas makan di warung terus berantem dan ngobrak-abrik warungnya. Terus pas adegan terbang gitu tuh enggak kayak film laga di televisi yang kelihatan banget editannya, tapi kayak zaman dulu yang pakai ditarik gitu dech. Pokoknya menurut aku mah efek CGI-nya enggak murahan. Emang kelihatan editan tapi kayak film luar negeri—mahal gitu.
Adegan berantemnya juga okelah. Wiro juga bukan pendekar maha kuat yang bisa ngalahin Mahesa Birawa. Ada adegan Wiro kalah dan ngalahin Mahesa Birawa juga dibantu Bidadari Angin Timur plus bareng kawannya, Anggini dan Bujang Gila Tapak Sakti.
Oh ya, make up dan dandanannya para pemain di film Wiro Sableng ini enggak lebay dan buatku malah sederhana.
Buat aku mah Wiro Sableng ini dapat 8,5 dari nilai 10. Aku ngerasa terhibur dan buat aku lucu karena aku kebanyakan ngakaknya. Meskipun buat suami aku mah lucunya kurang, tapi buat aku mah enggak kurang dan blas enggak ada kecewa nonton nich film.
Buat endingnya mah ngegantung. Bakalan ada sekuelnya dan aku sich enggak sabar nontonnya. Hahaha…
Film Wiro Sableng ini juga ada pesannya, intinya jangan dendam. Jadi ada tuh ceritanya Wiro Sableng berantem sama Mahesa Birawa, terus dia ingat sesuatu saat masa kecilnya. Mahesa Birawa ternyata adalah orang yang membunuh kedua orang tua Wiro. Saat berantem tuh Wiro pakai emosi, bahkan Kapaknya ajah menghilang. Nah… di sini tuh, Sinto Gendeng enggak pernah bilang ke Wiro kalau Mahesa adalah pembunuh kedua orang tua Wiro. Sinto hanya cerita kalau Mahesa adalah murid yang berhianat dan membuat onar, maka harus dilawan. Sinto nggak ngasih tahu karena buat apa sich menyimpang dendam? Enggak ada gunanya, yekan?
Argh… Wiro Sableng, ada kenangan masa kecil yang membuatku rindu jadi anak-anak di tahun 90-an. Heheh… 🙂
Thx reviewnya sis…belom nonton nih